Chaos Sri Lanka Tak Sedang Menuju Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 16 Juli 2022 07:55 WIB
Sudah jatuh dan lalu tertimpa tangga mungkin itulah gambaran kisah sedih dan tak menyenangkan yang menimpa negara dan rakyat Sri Lanka.
Dimulai pada 2019, negara itu dilanda dengan serangan bom. Konon ledakan yang terjadi di bulan April di Kolombo dan kota-kota lain itu telah meminta korban 250 orang
Sebagai negara yang memiliki delapan situs warisan dunia dan bahkan pada 2010 The New York Times menyebut Sri Lanka sebagai tujuan wisata nomor 1 di dunia, bisa ditebak bahwa Pariwisata adalah sumber devisa utama negara tersebut.
Bom itu telah membuat turis takut. Sialnya, satu tahun kemudian, sebelum mereka dapat meyakinkan para turis untuk kembali datang, pandemi Covid-19 melanda. Kita tahu bagaimana jahatnya pandemi itu pada sektor pariwisata. Sri Lanka mulai terlihat sempoyongan.
Baca Juga: Jebakan Utang Sebenarnya: Mayoritas 81 Persen Utang Sri Lanka Justru ke Negara Barat, Bukan China
Bukan hanya membuat pariwisata rontok, devisa dari 1.5 juta rakyatnya yang bekerja di luar negeri pun dirampok oleh pandemi itu. Ekonomi Sri Lanka menuju titik tak baik bagi 20 juta lebih warga negaranya.
Seperti melengkapi penderitaan, perang Rusia dan Ukraina menjadi pukulan telak dan negara itu TKO. Harga komoditas dan hingga minyak yang melonjak sangat tinggi itu tak lagi dapat menahan marah rakyat, mereka menyerbu istana tempat pemimpin mereka kemarin menjadi nahkoda.
"Bukankah itu juga karena sebab jebakan hutang pada China?"
Seperti tempat transit sangat strategis dalam hubungan dagang antara barat dan timur, letak negara yang berada di utara Samudera Hindia itu telah menarik banyak pedagang singgah.
Baca Juga: Kasus Sri Lanka: Jebakan Utang China Cuma Mitos yang Digemborkan Negara Barat