DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Apa Alasan Seseorang Bisa Selingkuh? Ini Menurut Basis Neurosains Berkaitan dengan Kondisi Otaknya

image
Ilustrasi selingkuh ternyata ada empat alasan dari sisi neurosains.

 

ORBITINDONESIA-  Maraknya isu kasus selingkuh di masyarakat memicu banyak permasalahan, dari KDRT, harta, sampai urusan ranjang.

Kondisi mental seseorang termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya.

Pada hari kesehatan mental sedunia 10 Oktober 2022, simak informasi alasan sebenarnya seseorang berselingkuh, sehingga permasalahan bisa diatasi dari akarnya. 

Baca Juga: Podcast Reza Arap dan Wendy Walters Kembali Diungkit Dari Adopsi Anak Hingga Jika Selingkuh

Antara perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan.

Seseorang dapat selingkuh karena kondisi otaknya, bukan semata meninggalkan istri demi wanita lebih cantik atau meninggalkan suami demi pria yang lebih mapan.

Ada empat alasan berbasis neurosains seseorang dapat berselingkuh menurut CEO Stress Management Indonesia Coach Pris, berikut ulasannya:

Baca Juga: Musim Hujan Telah Tiba, Waspada Banyak Penyakit Menular Apa sajakah itu?

1. Kecanduan euforia cinta

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan setelah enam bulan hingga dua tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.

Banyak terapis pasangan mengatakan perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda mereka telah putus cinta. Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi.

Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah.

Baca Juga: Musim Hujan Telah Tiba, Saatnya Jaga Daya Tahan Tubuh dengan Hal Ini

2. Kehilangan sirkuit kontrol diri

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan.

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh.

Baca Juga: 5 Manfaat Olahraga Bagi Tubuh, Salah Satunya Mengurangi Stres

Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.

Studi pencitraan otak menunjukkan orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai.

Halaman:
1
2

Berita Terkait