Apa Alasan Seseorang Bisa Selingkuh? Ini Menurut Basis Neurosains Berkaitan dengan Kondisi Otaknya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 10 Oktober 2022 16:57 WIB
Stress Management Indonesia memiliki program seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak seseorang.
Baca Juga: Jangan Pernah Paksa Mobil Anda Terjang Banjir, Jika Tidak Ingin Dapat Risiko yang Mengancam Seperti Ini
3. Faktor testosteron
Sebuah studi tahun 2019 menemukan pria dengan kadar testosteron tinggi lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah.
Testosteron terlibat dalam suasana hati, motivasi, dan seksualitas. Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi, yang bisa menjadi resep untuk berselingkuh.
Baca Juga: Ternyata Stres Bisa Menjadi Pemicu Anak Mengalami Gangguan Makan, Apa Kata Psikolog
4. Otak yang tidak setia itu berbeda
Studi pencitraan otak telah menemukan otak seseorang yang setia berbeda dari yang selingkuh. Ketika seseorang melihat gambar romantis seperti pasangan berpegangan tangan atau menatap mata satu sama lain, misalnya, aktivasi otak berbeda antara yang setia dan tidak setia.
Penelitian menunjukkan orang yang setia menunjukkan lebih banyak aktivitas saraf terkait hadiah saat melihat gambar romantis dibandingkan dengan orang yang tidak setia.
Lebih lanjut, Coach Pris memberikan kiat untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, salah satunya sebaiknya pasangan saling mengenal kondisi satu sama lain sebelum menikah.
Baca Juga: Segera Sadari Terkait Bahayanya Depresi, Ini Menurut Psikolog
Hal ini guna bisa memahami kondisi pasangannya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi.
Pasangan yang sehat akan membentuk anak yang sehat, kemudian mempengaruhi lingkungan sekitar menjadi lebih sehat juga.
Untuk mencapai revolusi mental di Indonesia, bisa dimulai dari memperbaiki kondisi unit terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga.***