DECEMBER 9, 2022
Nasional

Prabowo Subianto: Praktik 'Serakahnomics' Dalam Kelola Kekayaan Negara yang Ancam Konstitusi

image
Presiden RI Prabowo Subianto saat berpidato pada acara penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu, 20 Juli 2025. (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)

ORBITINDONESIA.COM - Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan keprihatinannya atas praktik keserakahan atau "serakahnomics" dalam pengelolaan kekayaan negara, yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat hingga mengancam konstitusi.

Dalam pidatonya di penutupan Kongres PSI 2025, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu, 20 Juli 2025 malam, Prabowo menyinggung fenomena baru dalam dunia ekonomi yang ia sebut sebagai mazhab serakahnomics, yakni perilaku rakus yang tak lagi mengindahkan moral, hukum, maupun kepentingan bangsa.

"Serakahnomics ini sudah lewat, nggak ada di buku, nggak ada di universitas ekonomi kayak begini. Ini ilmu serakah," kata Prabowo.

Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto: Membeli Pesawat Boeing Dari AS Upaya Perkuat Garuda Indonesia

Ia menyatakan bahwa dirinya dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming telah disumpah untuk menjalankan Undang-undang Dasar 1945 serta menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Saya hanya minta kekuatan dari Yang Maha Kuasa, berilah saya keberanian untuk menegakkan Undang-undang Dasar 1945,” ujarnya.

Menurut Presiden, meski Indonesia memiliki kekayaan luar biasa, tapi masih banyak pihak yang bertindak seperti "maling" dan tidak jera meski telah diberi peringatan berulang kali.

Baca Juga: Presiden Prabowo: Arti Politik yang Substantif adalah Kehendak Perbaiki Hidup Rakyat

Ia menyebut para pelaku tersebut tidak lagi bertindak rasional, melainkan didorong oleh keserakahan akut.

Jelang akhir pidatonya, Presiden menyebut kerugian materi yang dialami oleh bangsa Indonesia akibat praktik kejahatan ekonomi berkisar Rp100 triliun setiap tahun.

"Rp100 triliun tiap tahun berarti 5 tahun Rp1.000 triliun. Ini kejahatan ekonomi yang luar biasa," katanya.

Baca Juga: Presiden Prabowo Kritik Fenomena "Sok Tahu" di Media Sosial, Terutama di Isu Politik dan Pemerintahan

Presiden pun memberi sinyal akan adanya langkah tegas dari pemerintah terhadap praktik ekonomi yang merugikan rakyat dan melanggar hukum.

Halaman:

Berita Terkait