DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Presiden Prabowo Kritik Fenomena "Sok Tahu" di Media Sosial, Terutama di Isu Politik dan Pemerintahan

image
Tangkapan layar - Presiden RI Prabowo Subianto (kiri) saat menerima cenderamata berupa lukisan dalam acara Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Edutorium KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, Jawa Tengah, Minggu, 20 Juli 2025. (ANTARA/Fathur Rochman)

ORBITINDONESIA.COM - Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti maraknya fenomena masyarakat yang merasa paling tahu segalanya, terutama dalam menyikapi isu politik dan pemerintahan yang kerap menjadi perbincangan liar di media sosial.

Dalam agenda penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025, di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu malam, 20 Juli 2025, Prabowo menyebut kecenderungan ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain.

"Karena sekarang ada fenomena tidak hanya di Indonesia, saya keliling di mana mereka juga cerita sekarang banyak orang-orang yang merasa dirinya pintar," kata Prabowo.

Baca Juga: Wow, Donald Trump Umumkan "Kesepakatan Besar" dengan Presiden Prabowo

Menurut Presiden, kini banyak orang yang mengangkat dirinya sebagai "yang paling pintar", sering kali mengomentari segala hal tanpa dasar argumen yang kuat.

Ia pun mengaku kerap memantau media sosial dan podcast yang membahas dirinya, bahkan tak jarang dibuat terheran karena orang lain seolah lebih memahami pemikiran Presiden Prabowo dibanding dirinya sendiri.

“Mereka lebih tahu dari saya,” ujar Presiden.

Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto: Membeli Pesawat Boeing Dari AS Upaya Perkuat Garuda Indonesia

Ia mencontohkan spekulasi yang sering muncul, seperti tudingan renggangnya hubungan dirinya dengan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) atau komentar publik atas pujiannya terhadap gajah yang kini menjadi logo anyar PSI.

Meski menganggap hal itu sebagai bagian dari dinamika demokrasi, Kepala Negara tetap mengingatkan akan bahaya penyalahgunaan teknologi informasi, khususnya dalam penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berita bohong (fake news).

Ia menilai penting untuk tetap menjaga komunikasi terbuka di tengah masyarakat.

Baca Juga: Presiden Prabowo: Arti Politik yang Substantif adalah Kehendak Perbaiki Hidup Rakyat

"Kita tidak boleh malas untuk komunikasi, untuk bicara," katanya.

Halaman:

Berita Terkait