Buku Neospirituality and Neuroscience: Puncak Evolusi kemanusiaan
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Sabtu, 19 Juli 2025 16:03 WIB
.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Di tengah zaman yang sarat kebisingan digital, krisis eksistensial, dan pencarian makna hidup yang tak berkesudahan, buku Neospirituality and Neuroscience: Puncak Evolusi Kemanusiaan hadir sebagai oase yang memadukan dua dunia yang selama ini dianggap saling bertentangan: spiritualitas dan ilmu pengetahuan.
Ditulis oleh Anand Krishna, seorang tokoh spiritual lintas tradisi, dan Dr. Bambang Setiawan, seorang ahli bedah saraf, buku ini tidak hanya menjadi jembatan antara nalar dan nurani, tetapi juga membimbing pembaca menuju pemahaman yang lebih utuh tentang siapa sesungguhnya manusia.
Buku ini mengawali narasinya dengan penegasan bahwa evolusi sejati manusia bukan semata-mata kemajuan fisik atau intelektual, melainkan kebangkitan kesadaran.
Menurut kedua penulis, potensi tertinggi manusia terletak pada kemampuannya untuk menyadari, mengamati, dan mentransformasi dirinya sendiri secara sadar.
Di sinilah titik temu antara spiritualitas dan neurosains: bahwa pengalaman-pengalaman transendental bukanlah sesuatu yang gaib semata, melainkan memiliki dasar biologis yang bisa dijelaskan oleh sains modern, khususnya lewat pemahaman tentang fungsi otak dan sistem saraf.
Salah satu bagian paling memikat dalam buku ini adalah pembahasan mengenai neuroplasticity, kemampuan otak untuk membentuk ulang dirinya seiring pengalaman dan latihan kesadaran.
Baca Juga: Buku "Soul Quest": Menyelami Samudra Jiwa Bersama Anand Krishna
Meditasi, mindfulness, dan teknik pernapasan tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi secara nyata mengubah struktur dan kinerja otak manusia.
Hal ini memperkuat pesan utama buku: bahwa spiritualitas bukanlah pelarian dari dunia, tetapi justru jalan yang paling nyata untuk mengolah dan mentransformasi kehidupan sehari-hari.
Anand Krishna menggarisbawahi pentingnya “kesadaran hadir” (presence), sebuah keadaan mental di mana seseorang sepenuhnya sadar terhadap apa yang sedang dialami, tanpa penolakan atau penghakiman.
Baca Juga: Buku "Deep Work" oleh Cal Newport: Seni Menyelami Fokus di Era yang Bising
Sementara Dr. Bambang menjelaskan bagaimana keadaan tersebut berkorelasi dengan keseimbangan sistem limbik dan neokorteks, yang menjadi pusat emosi dan kognisi dalam otak.
Perpaduan antara pengalaman spiritual dan pemaparan ilmiah inilah yang membuat buku ini begitu istimewa—tidak hanya menyentuh sisi batin, tetapi juga memperkaya logika pembaca.
Buku ini menjadi penting dibaca di era modern karena menawarkan pendekatan baru dalam memahami kesehatan mental, hubungan antar manusia, dan bahkan tantangan global.
Dalam perspektif neurospiritualitas, transformasi dunia tidak akan pernah terjadi jika kesadaran individu tidak berkembang.
Perubahan sejati dimulai dari dalam: dari keheningan, pengenalan diri, dan keberanian untuk mengalami keutuhan sebagai manusia—sebagai tubuh, pikiran, dan jiwa.
Akhirnya, Neurospirituality and Neuroscience bukan sekadar buku, tetapi undangan untuk menempuh perjalanan batin yang didukung oleh sains.
Ini adalah panggilan untuk menyatukan akal dan rasa, untuk menyadari bahwa puncak evolusi manusia bukanlah dominasi atas dunia, melainkan kedewasaan dalam mencintainya secara sadar.
Sebuah karya lintas disiplin yang menyentuh, mencerahkan, dan sangat relevan bagi siapa pun yang mendambakan hidup yang lebih bermakna.***