DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Ekonom M Rizal Taufikurahman: Indonesia Harus Waspadai Makroekonomi Setelah Kesepakatan Tarif dengan AS

image
Presiden Prabowo Subianto berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump. (ANTARA/HO-Instagram @prabowo)

ORBITINDONESIA.COM - Kepala Departemen Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman meminta pemerintah Indonesia mewaspadai risiko jangka menengah sampai panjang terhadap kondisi makroekonomi nasional setelah kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, meskipun kesepakatan tersebut memberikan peluang dan keuntungan bagi pelaku ekspor Indonesia untuk tetap bersaing di pasar AS, risiko gejolak makroekonomi tetap harus diantisipasi secara serius.

“Pemerintah perlu jujur membaca bahwa di balik keuntungan jangka pendek dari sisi ekspor, terdapat risiko jangka menengah-panjang terhadap kestabilan makroekonomi dan struktur neraca pembayaran nasional,” kata Rizal saat dihubungi dari Jakarta, Rabu 16 Juli 2026.

Baca Juga: Presiden Prabowo: Rumah Sakit dan Klinik Asing Bisa Buka Cabang di Indonesia

Ia menuturkan kesepakatan penurunan tarif resiprokal AS terhadap produk ekspor Indonesia menjadi 19 persen bukan tanpa beban.

Salah satu beban tersebut adalah adanya komitmen pembelian komoditas energi AS senilai 15 miliar dolar AS, atau setara Rp245,436 triliun dengan nilai kurs transaksi Bank Indonesia (JISDOR) hari ini 1 dolar AS = Rp16.362,41.

Dia menilai pembelian besar-besaran tersebut berpotensi memberikan tekanan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan Indonesia.

Baca Juga: Wow, Donald Trump Umumkan "Kesepakatan Besar" dengan Presiden Prabowo

“Secara prinsip ekonomi, ini mencerminkan pola perdagangan yang tidak setara, atau asymmetric trade, dengan akses ekspor diberikan yang berpotensi memperdalam ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap barang dan jasa dari AS,” katanya pula.

Rizal menyatakan bahwa apabila tidak diimbangi kenaikan ekspor komoditas lain, hal tersebut bisa memicu risiko balance of payment (BOP) shock, khususnya bila harga energi global mengalami fluktuasi tajam.

Selain itu, ia menyoroti bahwa akses pasar produk AS yang makin terbuka juga akan menekan produsen lokal di sektor aviasi, energi, dan pertambangan.

Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto: Membeli Pesawat Boeing Dari AS Upaya Perkuat Garuda Indonesia

Sebagai langkah antisipasi, ia menyarankan pemerintah segera mengintensifkan kerja sama dagang dengan pasar ekspor potensial lainnya untuk menjaga keseimbangan struktur perdagangan.

Halaman:

Berita Terkait