Dirut KCIC Dwiyana Slamet Riyadi: China Masih Jadi Acuan Pengembangan Kereta Cepat Indonesia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 09 Juli 2025 09:00 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, China masih tetap menjadi acuan pengembangan teknologi kereta cepat di Tanah Air.
"Sebenarnya kalau mau mengembangkan suatu teknologi seperti kereta cepat, memang seharusnya merujuk pada satu mazhab tertentu untuk mempermudah di dalam pengoperasian dan perawatan," kata Dwiyana Slamet Riyadi kepada ANTARA di Beijing, Selasa, 8 Juli 2025.
Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan hal tersebut di sela-sela Kongres Global ke-12 Kereta Cepat pada 8-11 Juli 2025 di Beijing. Indonesia diundang ke acara tersebut karena memiliki kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang beroperasi sejak Oktober 2023.
Baca Juga: KCIC Layani 156 Ribu Penumpang Pada Libur Natal dan Tahun Baru 2024
"Bukan berarti Indonesia tidak melihat teknologi dari negara lain seperti dari Eropa atau Jepang atau Korea Selatan, tapi berdasarkan pengalaman, standardisasi teknologi itu penting, karena akan memudahkan semuanya, sedangkan bila menerapkan berbagai variasi teknologi di dalam infrastruktur maka dalam perawatannya pasti menyulitkan kita," ungkapnya.
China menjadi rujukan Indonesia dengan pertimbangan bahwa teknologi kereta cepat di negara tersebut sudah maju.
"Di Tiongkok sekarang teknologinya benar-benar sudah 'advance'. Saat ini mereka sedang mengembangkan kereta cepat untuk kecepatan 450 km per jam, jadi menurut saya ya wajar kalau China menjadi salah satu tujuan kita melakukan 'benchmark' untuk teknologi kereta api cepat," tambahnya.
Baca Juga: Mulai 3 Februari 2024, KCIC Terapkan Tarif Dinamis untuk Kereta Cepat Whoosh, Bisa Lebih Hemat
Teknologi kereta cepat dari China itu, ungkap Dwiyana, diimplementasikan 100 persen dalam kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) sehingga Whoosh menjadi contoh pertama penerapan teknologi kereta cepat China di negara lain.
"Sekarang Indonesia adalah negara kedua yang memiliki kereta api cepat dengan kecepatan 350 km per jam setelah China," tuturnya.
Namun untuk menyediakan layanan kereta cepat, dibutuhkan dukungan kuat pemerintah, khususnya karena moda transportasi tersebut mahal.
Baca Juga: DAMRI Buka Rute Transportasi Bus Umum dari Stasiun KCIC Tegalluar ke Stasiun KA Bandung
"Untuk rencana kereta cepat Jakarta-Surabaya itu masih pra-feasibility study karena masih 'preliminary study', masih jauh, kecuali kalau pemerintah mendorong untuk pengerjaannya, kita tidak tahu 3 atau 5 tahun ke depan," kata Dwiyana.