DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku Nawal El Saadawi: "Perempuan di Titik Nol," Jeritan Perlawanan dari Dunia yang Membungkam

image

Firdaus yang pernah mencoba hidup “normal” sebagai istri dan pekerja, justru menemukan bahwa prostitusi—seburuk-buruknya posisi sosial dalam pandangan umum—adalah satu-satunya ruang di mana ia memiliki kendali atas tubuhnya.

Ironis, tapi jujur. Di sinilah buku ini menjadi penting bagi gerakan feminis: ia menyuarakan bahwa kebebasan bukanlah ilusi yang bisa ditawarkan oleh sistem yang masih patriarkal.

Namun, ada pula yang mengkritik buku ini terlalu ekstrem atau terlalu menyederhanakan masalah. Tokoh Firdaus digambarkan sebagai “korban total” dari sistem, hingga nyaris tak ada ruang bagi harapan kolektif atau solidaritas perempuan.

Baca Juga: Buku John Palmeyer, “Ketika Iman Jadi Ancaman: Refleksi Kritis dalam Is Religion Killing Us?”

Kritik ini valid, tapi justru di situlah letak kekuatan naratifnya: buku ini adalah teriakan perlawanan individual yang mengguncang struktur sosial secara mendasar.

Bagi para pejuang feminisme di Indonesia, Perempuan di Titik Nol adalah bacaan wajib. Ia membongkar ilusi keadilan gender di sistem yang belum berpihak pada perempuan tertindas.

Ia menunjukkan bahwa perjuangan perempuan bukan hanya soal kesetaraan di atas kertas, tapi soal hidup, luka, dan martabat. Firdaus mungkin fiktif, tapi ia hidup dalam tubuh banyak perempuan yang masih terus dibungkam hingga hari ini.***

Baca Juga: Buku Musdah Mulia, Muslimah Reformis: "Sebuah Seruan Kritis dari Hati Nurani Seorang Perempuan”

Halaman:

Berita Terkait