DECEMBER 9, 2022
Kolom

Mengenang Kembali Risalah Amman

image
(bamah.net)

Oleh Rosadi Jamani*

ORBITINDONESIA.COM - Ketika menulis artikel berjudul Mengenal Ayatollah Ali Khamenei, saya diserang netizen yang masih menganggap paham Syiah itu bukan Islam.

Tuduhan gilanya, Syiah itu sesat. Segala argumentasi mereka paparkan. Ada membantah, dan tentu ada mendukung. Namanya juga netizen, maha benar, mulutnya tak bisa diresleting.

Baca Juga: Dubes Mohammad Boroujerdi: Iran Siap Bantu Proses Evakuasi Warga Negara Indonesia

Kali ini saya mau membuka sebuah risalah lama. Risalah Amman. Dideklarasikan tahun 2004, lalu diteken tahun 2005.

Dengan mengenal risalah ini, saya berharap bisa meredakan pertengkaran “Apakah Syiah itu Islam atau Bukan?”

November 2004, Raja Abdullah II dari Yordania duduk termenung di balkon istananya sambil menatap langit Amman yang sepi dan penuh prasangka.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ujung Perang Israel Lawan Iran, Perang Tak Henti atau Solusi Dua Negara?

Ia pun menghela napas panjang lalu berkata, “Sudah saatnya kita buat manual book resmi, “Cara Menjadi Muslim Tanpa Mengafirkan Muslim Lain.”

Maka lahirlah Risalah Amman, sebuah deklarasi akbar yang lebih agung.

Risalah ini bukan sekadar dokumen, tapi semacam kitab suci darurat untuk umat yang sudah terlalu lelah berdebat apakah qunut itu sunnah, bid’ah, atau hanya kedipan mata Imam.

Baca Juga: IAEA: Fasilitas Nuklir Iran di Natanz dan Isfahan Rusak Serius, Tapi Situs Fordow Aman

Risalah ini menetapkan Tiga Pasal Sakral. Pertama, pengakuan terhadap delapan mazhab, yakni empat Sunni (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali), dua Syiah (Ja’fari dan Zaydi), Ibadi, dan Zahiri.

Halaman:

Berita Terkait