DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global

image
Denny JA.

Salah satu tesis berjudul “Puisi Esai sebagai Media Advokasi: Studi Kasus Karya Denny JA” (Putri M., UI, 2019) menyebut bahwa “puisi esai mengisi ruang kosong antara karya seni dan aktivisme.”

Pengaruh Global dan Reputasi Internasional

Pada tahun 2022, Denny JA masuk dalam daftar nominasi Hadiah Nobel Sastra.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Jika Sebuah Nada Diberi Hak

Ia bukanlah satu-satunya tokoh Asia Tenggara yang pernah masuk nominasi, namun menjadi unik karena bukan berasal dari tradisi sastra konvensional.

Menurut laporan media Tempo.co (2022), “Denny JA dinominasikan karena pencapaiannya di ranah sastra, hak asasi manusia, dan inovasi literasi digital.”

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Arab. Dalam katalog WorldCat, beberapa karyanya tercatat dalam koleksi perpustakaan internasional. Denny JA juga masuk dalam daftar World’s Most Influential Writers 2021 versi Kindle Amazon.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Royalti Lagu Era Artificial Intelligence, Siapa Pemilik Jika Algoritma yang Mencipta?

Menurut Dr. Melani Budianta, guru besar FIB UI, “Jika Nobel Sastra ingin mengapresiasi praktik literasi baru di era digital, maka karya dan gerakan Denny JA merupakan contoh paling menonjol dari Asia Tenggara.” (Diskusi Sastra Digital, UI, 2021)

Sastrawan Digital dan Jangkauan Populer

Salah satu aspek penting yang membedakan Denny JA dari kandidat lainnya adalah kemampuannya menjangkau jutaan pembaca melalui platform digital.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner

Situs Goodreads.com mencatat lebih dari 10 juta pembaca dan pengunduh e-book-nya di berbagai platform. Ini menunjukkan keberhasilan yang tidak lazim bagi penyair konvensional.

Halaman:

Berita Terkait