
Oleh Supriyanto Martosuwito
ORBITINDONESIA.COM - Sebenarnya saya sedih setiap kali membaca postingan di grup WA atau laman berita terkait bangkrutnya media besar dan kredibel, dimana satu per satu mengurangi jumlah awaknya, memberhentikan reporter dan wartawannya, memutus kontrak pekerjanya, bahkan mengakhiri tugas pemrednya. Apalagi jika yang kena PHK, masih muda, sedang bersemangat menyebarkan berita, mendalami jurnalisme. Saya sungguh sedih.
Tapi kadang saya geram juga dengan media yang sibuk menebarkan narasi kenegatifan, pesimisme dan memutar balikkan fakta, jadi partisan, membuat framing jahat - menebar sensasi - yang justru dilakukan oleh media bermodal besar dan skala nasional. Sehingga - sebagai konsumen - saya justru berteriak kesal: “semoga brangkut!” atau “media model gini bagusnya tutup saja. Menyesatkan!”
Sebelum saya menulis dan menurunkan berita, saya adalah pembaca, pengumpul informasi. Saya juga bagian dari konsumen berita, penonton dan pemantau berita. Pemilah berita juga - karena sebagiannya informasi sampah. Bahkan racun yang membahayakan masyarakat.
Jangan pernah lupa - bahwa wartawan, jurnalis, pengamat juga manusia. Mereka bisa baik atau jahat, bisa tulus atau dengki, bisa gigih berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.
Atau sebaliknya, membuka tangan untuk menyalurkan narasi kelompok kepentingan, memenuhi pesanan pihak lain, bahkan jadi proxy kekuatan asing - dengan menebar sensasi - tak peduli betapa resah warga dan masyarakat dibuatnya.
Baca Juga: Masyarakat Tetap Konsumsi Aqua, Tidak Terpengaruh Framing Negatif di Media dan Sosmed
Saya ikut sedih melihat presenter yang berurai airmata karena program tayangannya berakhir setelah bertahun tahun hadir di tengah pemirsa. Dan itu tayangan olahraga yang menghibur masyarakat dan mencerahkan.
Sementara itu, program berita “talkshow” yang hanya menjual sensasi, mengunyah nguyah isu basi, memamah biak, mengulang ulang bahasan dan topik yang sama, dengan narasi tendensius, sengaja merusak kehormatan orang lain - sehingga masyarakat percaya kepada tudingan yang sebelumnya diawali kata kata “patut diduga” - justru terus tayang bertahan hingga kini.
Mereka tidak melayani mayoritas warga yang ingin damai, waras dan mencari informasi yang benar - adil - berdasar fakta dan data. Melainkan berpihak pada kelompok kecewa, pendukung partai kalah yang tidak mau menerima kekalahan, politisi yang sakit hati, kaum pecatan. Berpihak kepada warga yang gemar konflik dan mengumbar kebencian.
Baca Juga: Pakar Teknologi Pangan Heran Framing Bahaya BPA di Kemasan Air Galon Terus Didorong
SEBAGAI awak media - sebagai orang dapur di ruang redaksi - saya bocorkan saja sisi jahat dalam jurnalistik dan jurnalisme. Sisi jahat redaktur media di balik meja redaksi, pada rapat 'budget berita' - hingga penugasan reporter di lapangan: Mereka biasa membuat ‘framing’, menyimpulkan berita sebelum cek ke lapangan dan mengkonfirmasi narasumber lemah sekadar syarat konfirmasi - memenuhi kaidah ‘cover both side’ dan basa basi - ala kadarnya.