DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Agus Gumiwang Kartasasmita: Indonesia Beri Kontribusi Besar Industri Dunia Catat Nilai Rp4,2 Kuadriliun

image
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (ANTARA/HO-Kemenperin)

ORBITINDONESIA.COM - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA) Indonesia masuk dalam jajaran kontributor besar dunia, dengan menempati posisi ke-12, yang memiliki nilai sebesar 255,96 miliar dolar AS atau Rp4,26 kuadriliun (kurs Rp16.634).

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Minggu, 4 Mei 2025 menyatakan hal tersebut berdasarkan data theglobaleconomy.com, yang menyebut MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai 255,96 miliar dolar AS atau meningkat 36,4 persen dibanding tahun 2022 sebesar 241,87 miliar dolar AS atau Rp4,02 kuadriliun.

Angka di tahun 2023 tersebut, menurut Agus Gumiwang Kartasasmita, merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan peran strategis sektor industri pengolahan dalam perekonomian nasional. Untuk output dan global value, Indonesia setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.

Baca Juga: Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita Mengajak Vietnam Bekerja Sama dalam Pengembangan Mobil Listrik

"Indonesia mengungguli jauh dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Thailand dan Vietnam yang nilai MVA-nya hanya setengah dari nilai MVA Indonesia. MVA Thailand berada di posisi ke-22 dengan nilai 128 miliar dolar AS (Rp2,12 kuadriliun), sedangkan Vietnam di posisi ke-24 dengan nilai 102 miliar dolar AS (Rp1,7 kuadriliun) ," katanya.

Disampaikan dia, industri manufaktur Indonesia dinilai memiliki struktur yang cukup mendalam dari sektor hulu sampai hilir. Hal ini berdampak positif pada peningkatan nilai tambah sehingga memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

"Merujuk data dari theglobaleconomy.com, tren MVA selalu naik sejak tahun 2019-2023 kecuali pada masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global," ujarnya pula.

Baca Juga: Agus Gumiwang Kartasasmita: Memproduksi Baterai di Dalam Negeri Turunkan Harga Mobil Listrik 30 Persen

Sebagai perbandingan, rata-rata MVA dunia adalah 78,73 miliar dolar AS (Rp1,3 kuadriliun) yang berdasarkan data dari 153 negara. Secara historis, rata-rata untuk Indonesia dari tahun 1983 hingga 2023 adalah 102,85 miliar dolar AS (Rp1,71 kuadriliun). Nilai minimum yang dicapai, yaitu 10,88 miliar dolar AS (Rp181 triliun) pada tahun 1983, sementara nilai maksimum sebesar 255,96 miliar dolar AS (Rp4,26 kuadriliun) pada tahun 2023.

Menperin memandang capaian ini sebagai hasil nyata dari kebijakan industrialisasi nasional yang berbasis pada hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing industri, serta dorongan terhadap pemanfaatan teknologi dan inovasi.

"Kemenperin selama ini konsisten mendorong perlindungan industri dalam negeri melalui kebijakan perlindungan pasar domestik dari banjir produk impor sehingga mampu meningkatkan MVA Indonesia secara signifikan," katanya.

Baca Juga: Jadi Pelaksana Tugas, Agus Gumiwang: Saya Tidak Akan Maju Jadi Calon Ketua Umum Golkar

Sektor industri manufaktur berkontribusi sebesar 18,67 persen terhadap PDB Indonesia, menjadikannya penyumbang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Pencapaian ini sekaligus mengonfirmasi bahwa sektor manufaktur terus menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta daya saing ekspor Indonesia.

Halaman:

Berita Terkait