Menolak Lupa: Peristiwa Tanjung Priok, September 1984
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 18 September 2022 15:20 WIB
ORBITINDONESIA - Ketika itu saya tinggal di Tanjung Priok, tidak jauh dari tempat kejadian. Masih kuliah di FISIP UI Rawamangun (UI belum pindah ke Depok)
Kejadian bermula dari 2 orang babinsa yg menghapus/merobek pamflet di mushola As-Sa'adah di gang IV, Tanjung Priok memakai air comberan. Pamflet berisi ujaran kebencian terhadap Pemerintah.
Tahu kaaaann....zaman Orba, sedikitpun nggak boleh ada ujaran kebencian terhadap pemerintah/ Soeharto. Nah...heboh dah. Dua hari kemudian, kedua babinsa tsb diajak bicara di kantor masjid Baitul Makmur, Tanjung Priok, tidak jauh dari mushola.
Baca Juga: Tewasnya Albar Mahdi, dan Kultur Kekerasan Antara Santri Senior dan Junior di Pondok Pesantren
Situasi ricuh. Sepeda motor milik tentara dibakar massa. Langsung aparat berdatangan. 4 org ditangkap termasuk yang bakar sepeda motor.
Esoknya massa minta Amir Biki untuk mediasi. Amir Biki ini tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati.
Tuntutan agar 4 org yang ditahan, segera dilepaskan. Boro-boro dilepas, malah kaya dipermainkan gitu.
Lantaran permohonan tidak digubris, massa berkumpul makin banyak. Menjelang pagi..sekitar 1.500 orang menuju Polres dan Kodim.
Baca Juga: Humor: Ada Kabar Gembira Buat Perokok, Ternyata Rokok Aman Bagi Mereka
Langsung disambut tembakan. Baik massa maupun ulama....ditembak semua. Kocar kacir...tetep ditembak terus menerus.
Dari arah pelabuhan datang dua truk besar, bawa pasukan tambahan. Nembakin lagi. Bahkan yang bergelimpangan di jalan...dilindes dua truk tersebut.
Para saksi mata yang masih hidup mengatakan, bunyi kretek kretek ketika trus melindas manusia-manusia yang bergelimpangan di jalan.
Ga pake lama mayat-mayat yang bergelimpangan di lempar ke truk. Entah dibawa ke mana. Entah dimakamkan di mana. Jenazah yang balik hanya jenazah Amir Biki. Yg lain? Wassalam.
Baca Juga: Dahsyatnya Manfaat Mandi Sebelum Subuh, Manfaat Nomor Lima Paling Diharap
Amir Biki dimakamkan di halaman masjid Al Araf, Tipar, Cakung, Jakarta Utara. Setiap lewat sini, salah satu kakak selalu bilang: "itu makam Amir Biki"
"Iya mas...mas udah bilang ber kali-kali". Rupanya kakakku penggemar berat Amir Biki.
Banyak yang mencari anggota keluarganya yang bilang. Bukan dikasi info malah ditakut-takutin. Jadilah mereka nggak jadi nanya. Diikhlaskan aja deh. Dari pada ikut diangkut.
Menurut sebuah LSM, sekitar 400 orang yang tewas dalam tragedi berdarah tersebut. Belum termasuk yang luka dan hilang.
Baca Juga: Leeteuk Super Junio rMenyapa para ELF dengan Nama Kadir Saat Konser Super Show 9 di ICE BSD
Pagi-pagi selesai kejadian, matahari sudah bersinar teraaangg... saya lewat naik bis Mayasari, mau menuju kampus...jalanan sudah bersih. Tak ada bekas darah.
Rupanya pemadam kebakaran sudah membersihkan/menyemprot bekas-bekas darah. Tapi bisik-bisik, omong-omong dalam suasana mencekam terus berjalan..sampai beberapa bulan ke depan.
Tak ada lagi yang berani bersuara. Tak ada lagi yg berani protes/mencari anggota keluarga yang hilang.
Jadi kalo ada yang bilang rezim Jokowi kejam, otoriter, tidak demokratis, menzhalimi ulama, menzhalimi umat Islam....ooh belum merasakan jaman Orba ya?
Baca Juga: Halo Warga Surabaya, Hotman Paris Buka Konsultasi Hukum Gratis di Kotamu, Ini Tanggal dan Tempatnya
Belum merasakan ditembaki aparat? Dibuang ke truk trus nggak jelas rimbanya? Belum merasakan disiksa aparat?
Zaman Jokowi tuh udah paling enak. Maki-maki Presiden, menghina Presiden, fitnah Presiden, sampai-sampai keluarga Jokowi juga ikut dihina...eh aman-aman aja tuh. Nggak pada ditangkepin.
Yg memuja muji Orba...yuuuk pada ngaca.
Jokowi adalah hadiah terindah dari Allah SWT untuk bangsa Indonesia. Ga setuju? Bodoo amaatt...
(Oleh: Dina Wadito, beredar di medsos dan dikutip OrbitIndonesia). ***