Puisi Esai Denny JA: Gunung Batu Berseni Itu, Al Ula Saksi Sejarah
- Penulis : Abriyanto
- Minggu, 06 April 2025 09:57 WIB

Ketiga, dua ribu tahun lalu,
ia mendengar langkah unta kafilah dagang,
membawa rempah dan dupa
di Jalur Kuno Inci Dupa.
Pedagang dari India dan Romawi
bertemu di kaki-kakinya,
dan ia menjadi pasar abadi
yang tak pernah memanggil dengan suara.
Keempat, hingga masa kini,
ia menyerap zikir para peziarah,
menuju Madinah, menuju Nabawi,
menuju cinta yang tak bisa dipetakan.
Di malam gurun, ayat-ayat suci menggema
dan memeluk dinginnya bebatuan.
Kini, di tahun 2025,
ia menyaksikan dimulainya kebebasan,
para gadis tak lagi wajib pakai jilbab.
Di sebuah resto di AlUla,
tamunya beragam,
banyak yang rambutnya terurai,
sebagaimana di Eropa
-000-
Kini aku duduk di bawah bayangnya.
Langit bersih.
Kursi rotan.
Kopi hangat di meja batu.
Dan di depanku:
patung-patung yang bukan dipahat tangan
tapi dipahat kesabaran.
Aku merasa kecil,
seperti setitik kata dalam kitab yang panjang.