DECEMBER 9, 2022
Kolom

Ada Apa di Balik Reshuffle Kabinet Jilid 1?

image
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang baru Brian Yuliarto (kanan) bersama pejabat lama Satryo Soemantri Brodjonegoro (kiri) memberikan keterangan pers usai acara serah terima jabatan di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025. . ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/Spt.

Dalam beberapa bulan pertama kepemimpinannya, ia masih menghadapi tantangan dalam menyampaikan gagasan-gagasan besar kepada kelompok kelas menengah, termasuk mahasiswa dan akademisi.

Oleh karena itu, pemilihan menteri yang tidak hanya kompeten dalam bidangnya, tetapi juga memiliki kapasitas komunikasi yang kuat, menjadi aspek yang sangat penting. Seorang menteri yang baik bukan hanya mereka yang memiliki pemahaman teknis yang kuat, tetapi juga yang mampu menjembatani kebijakan dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam sejarah pemerintahan Indonesia, ada banyak contoh menteri yang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik karena kemampuan komunikasi yang mumpuni.

Baca Juga: Pengamat : Kabinet Tidak Efektif, Reshuffle Mendesak Dilakukan

Beberapa menteri dalam masa jabatannya mampu membangun kedekatan emosional dengan masyarakat melalui aksi-aksi nyata di lapangan sesuai dengan peran kementerian dan visi pemimpin. Pendekatan seperti inilah yang seharusnya menjadi perhatian bagi setiap menteri dalam kabinet.

Dengan adanya reshuffle ini, publik juga diharapkan tidak sekadar melihatnya sebagai peristiwa politik semata, tetapi lebih jauh, sebagai bagian dari proses penyempurnaan tata kelola pemerintahan.

Wajar terjadi

Baca Juga: Saiful Huda Ems: Reshuffle Kabinet yang Penuh Tanda Tanya

Dalam demokrasi, perubahan susunan kabinet adalah hal yang wajar terjadi, dan seharusnya dipandang sebagai upaya meningkatkan efektivitas pemerintahan dalam mewujudkan visi yang telah dijanjikan kepada rakyat. Yang terpenting, setiap perubahan harus diiringi dengan evaluasi yang objektif dan solusi yang lebih baik ke depan.

Dalam perspektif yang lebih luas, reshuffle kabinet juga mengingatkan pentingnya meritokrasi dalam pemerintahan. Pemilihan menteri seharusnya tidak sekadar berdasarkan aspek politik, tetapi juga didasarkan pada kapasitas dan rekam jejak individu dalam menjalankan tugasnya.

Dengan demikian, setiap reshuffle bukan hanya menjadi alat konsolidasi politik, tetapi benar-benar menjadi bagian dari upaya meningkatkan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.

Baca Juga: Prabowo Umumkan Peluncuran BPI Danantara Akan Digelar pada 24 Februari Mendatang

Reshuffle kali ini menunjukkan bahwa komunikasi kebijakan menjadi faktor kunci dalam efektivitas pemerintahan. Kesalahan dalam menerjemahkan dan menyampaikan kebijakan dapat memicu polemik yang sebetulnya bisa dihindari.

Halaman:

Berita Terkait