Amnesti Internasional Desak Parlemen Prancis Tolak RUU Larang Pakai Jilbab di Kompetisi Olahraga
- Penulis : Abriyanto
- Kamis, 20 Februari 2025 04:04 WIB

Diskriminasi agama
RUU tersebut, menurutnya, hanya akan memperburuk diskriminasi agama dan rasisme terhadap perempuan Muslim di Prancis. "Semua perempuan berhak menentukan pakaian mereka sendiri," tegasnya, mengaitkan pelarangan jilbab dalam olahraga dengan Islamofobia.
Haifa Tlili, seorang sosiolog dan salah satu pendiri komunitas Basketball for All, juga mengkritik larangan tersebut. Ia menegaskan bahwa tidak ada bukti objektif yang dapat membenarkan pelarangan jilbab bagi atlet Muslim.
"Oleh karena itu, keliru jika ada pihak yang mengeklaim bahwa aturan yang mengecualikan atlet Muslim perempuan adalah suatu keharusan. Tidak ada justifikasi yang sah untuk ini," kata Tlili.
Helene Ba, salah satu pendiri organisasi yang sama sekaligus pemain basket profesional, memperingatkan bahwa RUU ini dapat berdampak buruk bagi perempuan Muslim.
Ia menyebutkan dampak seperti penghinaan, stigmatisasi, trauma, pengunduran diri dari olahraga, hilangnya hubungan sosial, menurunnya rasa percaya diri, hilangnya tim-tim perempuan, hingga ancaman terhadap kelangsungan klub olahraga.
Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Akan Mengunjungi Indonesia pada Mei 2025
Saat ini, Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) melarang penggunaan jilbab dalam pertandingan olahraga, sementara Federasi Bola Tangan Prancis mengizinkannya.
RUU yang diperkenalkan tahun lalu oleh Senator Michel Savin ini bertujuan memperluas larangan simbol keagamaan -- termasuk jilbab -- di semua kompetisi olahraga di Prancis.
Selain melarang jilbab, rancangan undang-undang tersebut juga berupaya melarang doa bersama di fasilitas olahraga yang didanai oleh negara.***
Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Mengkritik Trump, Sebut Gaza Rumah Bagi 2 Juta Orang