Buku Plato Mengungkap Pidato Pembelaan Socrates dan Konsep Kebijaksanaan yang Relevan Hingga Kini
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 18 Februari 2025 12:03 WIB

Plato. Pembelaan Socrates. Penerbit: Basabasi. Tebal: 356 hlm.
ORBITINDONESIA.COM - Apologia Socrates berisi catatan pidato yang dibuat Socrates di persidangan ketika dia dituduh tidak mengakui dewa-dewa yang diakui negara, menciptakan dewa-dewa baru, dan merusak para pemuda Athena.
Namun, ucapan Socrates sama sekali berbeda dengan "permintaan maaf" dalam pemahaman kita saat ini. Nama dialog berasal dari bahasa Yunani yang berarti pertahanan, atau pidato yang dibuat sebagai pembelaan. Dengan demikian, dalam Apologia, Socrates berusaha untuk membela diri dan perilakunya - tentu saja tidak meminta maaf untuk itu.
Baca Juga: Dalam Bukunya, Filsuf Amerika William James Mengeksplorasi Aneka Pengalaman Religius Manusia
Buku ini dilengkapi dengan sebuah interpretasi kontroversial dan segar atas Apologia Socrates.
Dengan memainkan perhatian intim yang tak biasa terhadap apa yang Socrates tunjukkan atas makna dan hakikat dari ironinya, David Leibowitz sampai pada kesimpulan eksentrik tentang ajaran Socrates atas kebajikan, politik, dan dewa-dewa; keterkenalannya yang beralih dari filsafat alam menuju filsafat politik; dan tujuan atas “orasi pembelaannya” yang kurang ajar.
Leibowitz menunjukkan bahwa Socrates bukan sekadar figur unik dan pusparagam dari masa lalu, melainkan juga penunjuk menuju hidup yang baik—kehidupan bijaksana—yang sangat relevan untuk masa sekarang sebagaimana saat di Athena kuno.
Baca Juga: Menikmati Puisi Impresionis dalam Buku Antologi Puisi Nuryadikartono, "Pada Sebuah Kenyataan"
Berdasar pada pemahaman segarnya atas dialog-dialog Socrates secara umum, dan cerita Orakel Delphi secara khusus, Leibowitz berusaha untuk menunjukkan bahwa Apologia adalah kunci untuk menuju korpus Platonik, mengindikasikan betapa banyaknya tema yang berbeda dan kesimpulan yang tampak saling bertentangan dari dialog-dialog lainnya yang justru saling bertautan.
Plato (c. 427–347 SM) adalah seorang filsuf Yunani Kuno, murid Socrates, dan guru Aristoteles. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Plato lahir di Athena dari keluarga aristokrat dan mendirikan Akademia, institusi pendidikan pertama di dunia Barat yang menjadi cikal bakal universitas modern.
Pemikirannya mencakup berbagai bidang, termasuk metafisika, epistemologi, etika, dan politik. Karya-karyanya yang terkenal, seperti Republik, Apologia Socrates, Phaedrus, dan Symposium, sering disajikan dalam bentuk dialog yang menampilkan Socrates sebagai tokoh utama.
Plato dikenal dengan Teori Bentuk (Theory of Forms), yang menyatakan bahwa dunia yang kita lihat hanyalah bayangan dari realitas yang lebih tinggi dan abadi. Ia juga menggagas konsep Negara Ideal, yang mempengaruhi pemikiran politik hingga saat ini. Warisannya terus hidup melalui pemikirannya yang tetap menjadi bahan diskusi dalam filsafat dan ilmu sosial modern.***