Puisi Esai Denny JA: Buah Beracun Revolusi
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 12 Februari 2025 08:00 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/12/20250212080627b3fa1272-f047-4755-8b0f-fb06f3173eed.jpeg)
Di bawah lampu jalan yang meredup,
tentara istana melepas senapan.
Mereka bukan lagi penjaga raja.
Mereka berbalik badan,
menjadi obor yang membakar singgasana.
Gerbang istana runtuh dengan jeritan baja.
Patung raja dihancurkan,
dilempar ke sungai yang mengeras seperti batu nisan.
Seorang ibu mencium kening anaknya, berbisik:
“Esok milik kita.”
-000-
Tapi,
setelah kemenangan revolusi,
melati berubah menjadi kawat berduri.
Kami hancurkan istana dengan pekik kebebasan.
Tapi di atas reruntuhan,
hanya tumbuh ilalang ketakutan.
Roti tetap ilusi yang tak bisa disentuh.
Antrean semakin panjang,
tulang-tulang semakin menonjol di pipi yang cekung.
Wabah kelaparan menjalar seperti virus penyakit menular.
Raja telah mati,
tapi matanya kini menyala
di poster-poster baru,
di wajah pemimpin baru,
di tembok-tembok yang kami bangun dengan darah sendiri.
Lenin mengawasi dengan diam.
Di kursinya yang dingin,
tetap menebar mimpi,
yang semakin menyala.
Tapi tangannya kini juga memegang cambuk.
Dan pistol.