DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Kebudayaan: Menjadi Gubernur Kebudayaan di Sumatra Barat

image
Sastri Bakry, pegiat kebudayaan Sumatra Barat (Foto: rakyatsumbar.id)

Ada tujuh fungsi kebudayaan yakni mencakup bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian. Dan ini jika diurai bisa banyak sekali. 

Mari kita lihat tugas dan fungsinya. Kira-kira beginilah saya kutip:
Melestarikan bahasa, sastra, aksara daerah, nilai budaya, dan kesenian
Merumuskan kebijakan, melaksanakan kebijakan bidang kebudayaan dan memfasilitasi seniman budayawan melakukan evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan
Melaksanakan tugas lain yang bersifat kedinasan yang diberikan Gubernur. Wah. 

Memang perlu dicari Kepala Dinas yang berlaku sebagai Gubernur untuk kebudayaan. Mental baja, mandiri bertindak, siap berdialektika, terbuka dikritisi dan mau belajar, berinovasi, beradaptasi, memfasilitasi dan mengapresiasi karya kebudayaan untuk membantu gubernur pertama.

Baca Juga: Sastri Bakry: Anugerah Penyair Prolifik

Dan yang paling penting tidak merasa jabatan itu adalah genggamannya. Jika seseorang merasa  jabatannya itu adalah segala-galanya, yang digunakan untuk kekuasaan bukan menggunakan kewenangannya sesuai tupoksinya, alamat akan hancur sistem pemerintah yang sudah dibangun dengan bagus. 

Saya merenung dan menunggu gubernur utama yang baru memilih gubernur kebudayaan, yang akan membantu tugasnya yang banyak sekali. Jangan hanya asyik dengan formalitas saja, rapi administrasi (SPJ) tapi lemah dari segi esensi yang bermutu. Insya Allah akan dibantu DKSB. Itupun jika memilih orang yang tepat untuk mengurus seniman. 

Saya ingin mengutip syair penari yang juga sastrawan Andra -yang kadang sering berlawanan dengan saya- karena kata-katanya yang tajam dan membunuh. Tetapi yang merasa terbunuh adalah yang tak punya senjata untuk menangkisnya. Ini syair yang saya ulang-ulang baca membuat saya merinding. 
"......
Paham kah para tuan dan bangsawan, 
menhir tak lagi sebatas nisan, 
menjadi andesit batunya para konglomerat, 
yang bersembunyi dalam liang-liang empat ribu sebelum masehi!!!

Baca Juga: Diskusi Satupena, Sastri Bakry: Ajang Kesenian dan Budaya Itu Bukan Cuma Mengajukan Proposal

Meninggalkan Maek, dengan tatapan usang, melihat tuan dan bangsawan meludahkan sirih ke langit, membuat wajah menjadi merah seperti sangkala dipinggir surya!"

Berulangkali saya membacanya. Terasa menghentak dan mengerikan. Kepada siapa malu akan disembunyikan?

*Sastri Bakry, adalah pegiat kebudayaan di Sumatra Barat.

Baca Juga: Sastri Bakry dan Vani Talenta Tampil pada Pertemuan Para Penulis dan Pemikir Dunia di India

Halaman:

Berita Terkait