Civil Society Sebagai Penggerak Perdamaian di Ukraina
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 14 September 2022 10:05 WIB
Menyusul pelarian Presiden Yanukovych dan pelantikan berikutnya dari Pemerintah baru di Kiev, kelompok-kelompok bersenjata menguasai kota-kota di wilayah timur Donetsk dan Luhansk.
Hal ini menyebabkan konfrontasi bersenjata dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, yang dengan cepat berubah menjadi serangan militer besar-besaran.
Dalam buku ini dijelaskan, sebagian Ukraina timur, termasuk di sekitar kota Donetsk, mengalami konflik yang berkelanjutan.
Baca Juga: DPRD Memberhentikan Gubernur Anies Baswedan, Memang Aturannya Begitu, Tak Ada yang Istimewa
PBB telah melaporkan pelanggaran hak asasi manusia yang serius, termasuk pembunuhan sedikitnya 2.200 orang, penahanan sewenang-wenang, dan penghilangan paksa.
Konflik menyebabkan perpindahan internal lebih dari 250.000 orang, dengan lebih dari 120.000 orang melarikan diri ke Rusia. Banyak faktor struktural jangka panjang membentuk keluhan yang mendasari konflik itu.
Banyak lembaga negara yang dianggap tidak kompeten, tidak akuntabel, dan tidak responsif, didominasi oleh patronase politik.
Elit politik dipandang tidak representatif, dengan jumlah perempuan kurang dari 10% di Parlemen dan hanya satu perempuan di kabinet. Oligarki dipandang sebagai predator yang menguasai agenda politik.
Setelah dua dekade korupsi yang meluas, standar hidup memburuk. Perempuan mendapatkan cuma 70% dari gaji laki-laki dalam posisi jabatan yang sama.