Civil Society Sebagai Penggerak Perdamaian di Ukraina
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 14 September 2022 10:05 WIB
ORBITINDONESIA - Konflik Ukraina vs Rusia, yang kemudian berubah jadi perang terbuka sejak operasi militer khusus Rusia, 24 Februari lalu, punya latar belakang panjang. Untuk mengupayakan perdamaian, ada peran dari civil society di Ukraina.
Buku pendek ini mengangkat peran civil society sebagai penggerak perdamaian di Ukraina. Buku ini memaparkan latar belakang situasinya. Sejak “protes Maidan” November 2013, lanskap politik dan keamanan di Ukraina telah berubah secara drastis.
Pada November 2013, setelah Pemerintah Ukraina mengisyaratkan niatnya untuk tidak melanjutkan penandatanganan Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa, orang-orang berbondong-bondong ke Maidan (Lapangan) di Kiev untuk memprotes. Civil society berada di garis depan protes.
Baca Juga: Penggalangan Petisi Menolak Dana Pensiun Seumur Hidup untuk Anggota DPR
Baik yang terdiri dari organisasi mapan maupun kelompok dan komunitas yang tumbuh secara spontan. Protes yang awalnya damai ini berubah menjadi kekerasan. Pada pertengahan Februari 2014, lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 800 terluka.
Beberapa minggu kemudian, setelah penyitaan oleh orang-orang bersenjata terhadap bangunan-bangunan penting di ibukota Krimea dan referendum berikutnya, Presiden Rusia Putin menandatangani undang-undang yang meresmikan pencaplokan Krimea oleh Rusia.
Komunitas internasional tidak mengakui keabsahan pencaplokan itu.
Setelah kekerasan Maidan, Presiden Ukraina Yanukovych melarikan diri dari Kiev dan Parlemen menyatakan Presiden Yanukovych tidak dapat memenuhi tugasnya.
Baca Juga: KASAD Perlu Segera Mitigasi Keberatan Prajurit TNI Pada Effendi Simbolon: Laporkan Saja Ke MKD
Sebagai tanggapan, Presiden Yanukovych mengklaim bahwa dia terpaksa meninggalkan ibu kota karena "kudeta." Pada 25 Mei 2014, Petro Poroshenko terpilih sebagai Presiden dengan 56% suara.