Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh Dalam Sistem Peringatan Dini Bencana
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 26 Desember 2024 13:43 WIB
Semua yang diterapkan oleh para seismolog operator Ina-TEWS tersebut merupakan hasil evaluasi dari tragedi bencana gempa dahsyat berkekuatan 9,1--9,3 magnitudo dan disusul gelombang tsunami Samudera Hindia yang meluluhlantahkan Provinsi Aceh pada 26 Desember 2004. Peristiwa itu menewaskan lebih kurang 170 ribu warga “Bumi Serambi Mekkah”. Indonesia tidak ingin dampak serupa terjadi kembali.
Oleh karena itu, fungsi mereka adalah memastikan informasi pertama peristiwa gempa bisa segera tersampaikan kepada masyarakat. Hal ini yang belum bisa dilakukan 20 tahun silam karena masih minimnya peralatan pendeteksi bencana kala itu dan sebagian besar masih dilakukan secara analog.
Seiring perkembangan zaman yang bertransformasi ke digital, maka catatan waktu terbaik Indonesia untuk distribusi peringatan dini tsunami saat ini adalah kurang dari tiga menit setelah gempa terjadi. Atau satu menit setelah para seismolog berhasil mendiseminasi data yang terdeteksi sensor Ina-TEWS hingga mendapatkan hasil parameter akurat. Catatan waktu peringatan dini ini jauh lebih baik dibanding 8-10 tahun lalu yang membutuhkan waktu rata-rata 10 menit.
Baca Juga: BMKG: Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Pangandaran Jawa Barat, Tak Ada Potensi Tsunami
Pemanfaatan gelombang jaringan internet media sosial, pemancar siaran televisi dan radio digital yang dikelola Kementerian Telekomunikasi dan Digital (Komdigi) turut menyempurnakan ketersampaian informasi peringatan dini tsunami dan pendeteksian gempa. Kecepatan waktu ini seharusnya cukup untuk memberikan kesempatan berharga bagi masyarakat lokasi berbahaya untuk segera melakukan evakuasi.
“Kami tidak bisa memprediksi gempa, tapi yang bisa kami lakukan adalah mendeteksinya secepat mungkin dan memberikan peringatan untuk mengurangi dampaknya,” kata Muhaimin (47), salah satu seismolog senior BMKG jebolan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu.
Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG belum menemukan adanya gempa yang berpotensi tsunami sampai dengan di penghujung tahun 2024 ini. Namun, BMKG mencatat setidaknya sudah lebih dari 17.000 gempa yang terdeteksi melanda Indonesia.
Baca Juga: BMKG: Gempa 5,2 Magnitudo Guncang Banten Pada Kamis Dinihari, Tidak Berpotensi Tsunami
Satu di antaranya digolongkan sebagai gempa bumi berkekuatan sedang dengan dampak paling merusak tahun ini, yaitu gempa 5,0 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Bandung - Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hasil diseminasi operator Ina-TEWS mendapati gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Garsela (Garut selatan) yang berpusat di darat 25 kilometer arah tenggara Kabupaten Bandung.
Muhammad Obie, salah satu anggota operator Ina-TEWS mengatakan dirinya terlibat dalam proses pemantauan gempa bumi yang melanda Jawa Barat ini. Peristiwa itu terjadi pada Rabu, 18 September 2024 sekitar pukul 09.41 WIB, atau beberapa saat setelah pergantian shift jaga yang mereka menyebutnya dengan istilah “on duty”. Seluruh anggota tim melaksanakan tugasnya dengan adrenalin yang luar biasa karena mereka tahu keputusan yang diambil bisa menentukan keselamatan banyak orang.
Aktivitas gempa ini terus dalam pantauan dan dilaporkan secara berkala oleh BMKG sejak tiga menit pertama kejadian.Laporan ini menjadi rujukan upaya tanggap darurat dan pemulihan dampak bencana sampai benar-benar tidak ada lagi pergerakan aktivitas sesar Garsela itu.
Baca Juga: Denny JA, Monumen Dedikasi di Tengah Tsunami Artificial Intelligence
Beruntung tidak ada kondisi lanjutan yang menyertai gempa tersebut. Dengan demikian, penanganan terhadap sebanyak 45.325 orang warga terdampak bisa berhasil dan berlangsung aman. Tim pencarian dan pertolongan saat itu dapat melakukan operasi terhadap satu orang korban yang sempat dilaporkan hilang kemudian jasadnya bisa dievakuasi dari runtuhan material bangunan rumah sebelum masa operasi berakhir.