DECEMBER 9, 2022
Kolom

Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh Dalam Sistem Peringatan Dini Bencana

image
Muhaimin, seismolog sekaligus supervisi operator Tsunami Early Warning System Indonesia (Ina-TEWS) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan cara kerja pendeteksian gempa bumi dan analisis potensi tsunami (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

ORBITINDONESIA.COM - Dibutuhkan beberapa lapis pakaian untuk Muhaimin memastikan tubuhnya tetap hangat saat berada dalam ruangan pengoperasian Tsunami Early Warning System Indonesia (Ina-TEWS). Perangkat ini berada di lantai 2 Gedung C Komplek Perkantoran Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta.

Kondisi ruangan untuk pengoperasian Ina-TEWS  tak terlalu luas tapi penuh dengan layar monitor berukuran besar, berikut perangkat komputer beresolusi tinggi. Perangkat peringatan tsunami ini beroperasi tiada henti setiap hari selama 24 jam. Hal ini membuat temperatur ruang kerja Muhaimin harus dijaga dengan suhu 18-20 Celcius supaya peralatan elektronik yang ada tidak panas (overheat) dan error.

Muhaimin merupakan seismolog sekaligus supervisi para operator Ina-TEWS, sebuah sistem yang menjadi tulang punggung Indonesia untuk cepat mengetahui keberadaan gempa sekaligus mendeteksi potensi tsunami setelah gempa terjadi. Informasi itu kemudian dipublikasikan kepada masyarakat luas.

Baca Juga: BMKG: Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Pangandaran Jawa Barat, Tak Ada Potensi Tsunami

Dalam melaksanakan tugasnya, pria bertubuh mungil ini ditemani oleh 14 orang anggota tim lainnya dari Kedeputian Geofisika BMKG. Dia harus memastikan setiap anggota tim tetap fokus melaksanakan tugas sesuai prosedur operasional mulai dari mengawasi garis data seismik pada layar monitor, mengolah data numerik untuk memperbaharui parameter getaran hingga merilis publikasi.

Pergerakan para operator Ina-TEWS ini tampak sangat terbatas. Bahkan mesti berhati-hati untuk sekadar ngobrol atau memalingkan muka guna menonton siaran televisi. Mereka harus memastikan ada yang menggantikan tugas ketika mereka hendak meninggalkan ruangan untuk beristirahat. Para operator harus tetap berada dalam ruangan dengan mata dan telinga yang selalu awas, sehingga tidak ada aktivitas getaran yang terlewatkan.

Ada ratusan unit alat seismometer yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang mereka awasi dari ruangan dingin itu secara bergantian dalam empat  jam kerja (shift) mulai dari pagi, siang, sore malam dan dini hari. Mereka dituntut untuk tidak boleh mengalami kesalahan dalam menganalisa data dan cepat mengambil keputusan. Sebab,  kesalahan sedikit saja akan menimbulkan masalah yang besar bagi masyarakat.

Baca Juga: BMKG: Gempa 5,2 Magnitudo Guncang Banten Pada Kamis Dinihari, Tidak Berpotensi Tsunami

Ina-TEWS yang dibuat pada 2008 ini dirancang untuk memberikan peringatan dini tsunami kepada masyarakat sesegera mungkin setelah gempa terdeteksi. Oleh karena itu, para operatornya mesti berpacu dengan waktu memanfaatkan setiap detik yang sangat berarti.

Sampai saat ini sebanyak 600 menara seismometer yang tersebar dari ujung barat Aceh - timur Merauke. Setiap seismometer memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi getaran (seismic) mulai dari yang berkekuatan rendah 1,0 - 5,0 magnitudo atau di bawahnya, sampai yang berkekuatan lebih dari 5,0 magnitudo, sekaligus yang paling berpotensi merusak dengan titik episentrum puluhan kilometer di daratan/bawah laut. Untuk mendeteksi potensi tsunami, dalam sistem Ina-TEWS sudah terintegrasi dengan alat pasang surut air laut berupa tide guage sejumlah 250 unit yang terpasang di dermaga kapal seluruh Indonesia.

Dalam waktu kurang dari dua menit tim di pusat monitoring Ina-TEWS harus dapat menentukan apakah getaran gempa yang terdeteksi berpotensi menimbulkan tsunami dengan analisis yang sangat akurat. Proses ini melibatkan algoritma canggih yang memproses data geofisika, memodelkan skenario penyebaran gelombang tsunami, dan memprediksi waktu serta tinggi gelombang yang akan tiba di daratan.

Baca Juga: Denny JA, Monumen Dedikasi di Tengah Tsunami Artificial Intelligence

“Hampir setiap hari Indonesia terjadi gempa dengan jumlah yang bervariasi berkisar antara 2-6 kali dan tidak ada getaran gempa yang terlewatkan. Bahkan yang terkecil sekalipun semua dianalisis dan diinformasikan kepada masyarakat,” kata Muhaimin yang ditemui di kantornya belum lama ini.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait