Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence
- Kamis, 19 Desember 2024 08:13 WIB
Di era kini, pesan Rabiah mengingatkan kita untuk melampaui logika transaksional, baik dalam hubungan antarmanusia maupun dengan sesuatu yang lebih besar dibandingkan diri pribadi.
Ketika teknologi mendominasi kehidupan, kita sering terjebak dalam hubungan yang bersifat kalkulatif—apa yang bisa saya dapatkan dari ini?
Spirit Rabiah adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan melalui perhitungan, melainkan dalam ketulusan memberi dan menerima cinta.
-000-
Tapi kini kita hidup di era Artificial Intelligence. Ini sebuah realitas yang berbeda.
Para sufi hidup dalam zaman yang tenang, di mana perjalanan spiritual dilakukan melalui keheningan, refleksi, dan dialog batin. Tapi kini, kita berada di era Artificial Intelligence (AI), yang mengubah cara hidup manusia secara mendasar.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
Era AI membawa banjir informasi tanpa henti. Sementara para sufi mencari kebijaksanaan dalam keheningan, kita sering kali kehilangan makna di tengah kebisingan data.
Hubungan manusia, yang dahulu penuh keintiman emosional, kini banyak bergantung pada media sosial dan algoritma. Ironisnya, meski teknologi menghubungkan miliaran manusia, rasa kesepian justru meningkat.
Kemajuan ekonomi dan melimpahnya hiburan digital juga menciptakan tekanan baru.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Data menunjukkan bahwa kini mereka yang mati karena bunuh diri lebih banyak dibandingkan mereka yang mati karena terorisme ditambah perang ditambah bencana alam.1