Penegak Hukum Prancis Ditahan oleh Polisi Israel di Yerusalem, Dubes Israel Akan Dipanggil
- Penulis : M. Imron Fauzi
- Jumat, 08 November 2024 11:35 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Luar Negeri Prancis akan memanggil duta besar Israel atas insiden yang melibatkan gendarmerie atau pegawai penegak hukum Prancis yang ditahan polisi Israel di halaman gereja milik Perancis di Yerusalem pada Kamis, 7 November 2024.
Sebelumnya pada hari yang sama, dua petugas polisi Israel tanpa izin memasuki kompleks gereja milik Prancis di Yerusalem, yang dijadwalkan akan dikunjungi oleh Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot.
Polisi rezim Zionis itu sempat menahan dua pegawai Konsulat Jenderal Prancis, meskipun mereka memiliki status diplomatik. Tindakan tersebut dikutuk oleh Kementerian Luar Negeri Prancis.
Baca Juga: Menlu Jean-Noel Barrot: Prancis Akan Kirim Gelombang Pertama Jet Mirage 2000 ke Ukraina Awal 2025
"Seperti yang telah dinyatakan oleh Menteri (Barrot), tindakan-tindakan ini tidak dapat diterima. Prancis mengecam keras tindakan-tindakan ini, dengan penekanan khusus pada fakta bahwa tindakan-tindakan tersebut terjadi dalam konteks di mana Prancis sedang melakukan segala upaya untuk mengurangi eskalasi kekerasan di kawasan tersebut," kata Kemenlu Prancis dalam sebuah pernyataan.
"Duta Besar Israel untuk Prancis akan dipanggil ke Kementerian dalam beberapa hari mendatang,” lanjut pernyataan kementerian tersebut.
Namun, para petugas Prancis tersebut segera dibebaskan. Dengan mempertimbangkan insiden tersebut, maka Barrot membatalkan kunjungannya ke gereja itu.
Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Kecewa Israel Terus Serang Lebanon
Seperti diwartakan, hubungan antara Israel dan Prancis menjadi tegang setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pengiriman senjata ke Israel harus dihentikan.
Macron menyatakan langkah tersebut sebagai prioritas untuk mengakhiri ketegangan di kawasan.
Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengkritik Macron dan para pemimpin Barat lainnya karena menyerukan embargo senjata, dan mengatakan bahwa mereka seharusnya malu pada diri mereka sendiri.***