DECEMBER 9, 2022
Internasional

Menlu Sergey Lavrov: Ungkapan Joe Biden Soal Nuklir dengan Rusia, Upaya Raih Poin untuk Kamala Harris

image
Menlu Rusia Sergey Lavrov (Foto: PassBlue)

ORBITINDONESIA.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa ucapan Presiden Amerika Serikat Joe Biden tentang kesiapan Washington untuk bernegosiasi mengenai pengurangan senjata nuklir dengan Rusia tanpa syarat, adalah terkait pemilihan Presiden AS 2024.

Menurut Lavrov, ucapan Presiden AS Joe Biden itu tanpa syarat adalah upaya mengumpulkan poin elektoral bagi kandidat dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris.

Sebelumnya pada Senin, 14 Oktober 2024, Joe Biden menyebutkan bahwa dunia perlu berupaya untuk menghilangkan seluruh persenjataan nuklir, tetapi tidak mengemukakan mengenai besaran pengeluaran pemerintah AS untuk pengembangan dan penguatan triad nuklirnya sendiri.

Baca Juga: Menlu Sergey Lavrov: Rusia dan China Bekerja Sama Ciptakan Tatanan Dunia Multipolar yang Lebih Adil

"Ini adalah keinginan untuk mendapatkan poin elektoral bagi kandidat dari Partai Demokrat," kata Lavrov kepada surat kabar Rusia Argumenty i Fakty.

Washington berencana mengalokasikan lebih dari 49 miliar dolar AS (sekitar Rp758,2 triliun) dari anggaran federal untuk pengembangan kekuatan penangkal strategis pada tahun fiskal 2025, yang dimulai di AS pada 1 Oktober 2024.

Perhitungan oleh Kantor Anggaran Kongres AS menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kekuatan nuklir AS selama periode 2023 hingga 2032 diperkirakan mencapai 756 miliar dolar AS (sekitar Rp11,7 kuadriliun).

Baca Juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov: Perang Gaza Tidak Bisa Diabaikan di Dewan Keamanan PBB

Pemerintahan AS saat ini secara terus-menerus menyatakan keinginannya untuk memperpanjang Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (New START) Rusia-AS, yang akan berakhir pada Februari 2026.

Pada akhir September, Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada Sputnik di sela-sela Sidang Umum PBB di New York bahwa AS siap untuk melanjutkan dialog dengan Rusia tentang perjanjian baru dan menunggu keputusan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

Rusia menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan New START dengan AS pada Februari 2023, dengan alasan bahwa Washington ingin Rusia memenuhi kewajibannya tanpa syarat, sementara AS bertindak sewenang-wenang terhadap komitmen mereka sendiri.

Baca Juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov Minta Israel Tak Gunakan Metode Teroris untuk Selesaikan Masalah Politik

Pada Maret 2023, Putin mengumumkan bahwa Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus tanpa menyerahkan kendali nuklir kepada Minsk.***

Sumber: Antara

Berita Terkait