Menteri ESDM Bahlil Lahadalia: Industri Mobil Listrik Dunia Bergantung pada Indonesia
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 15 Oktober 2024 00:03 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimistis bahwa bahwa Indonesia akan menjadi faktor penentu utama dalam industri mobil listrik global, berkat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.
"Sekarang ketika dunia berbicara green energy dan green industry, Indonesia itu mempunyai keunggulan komparatif yang tidak banyak dimiliki oleh negara negara lain," kata kata Bahlil Lahadalia dalam kegiatan Repnas National Conference & Awarding Night di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024.
Bahlil Lahadalia menerangkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah cadangan nikel dunia. Di mana pada tahun 2023 menurut data Geologi Amerika mengatakan bahwa Indonesia memiliki 20 persen cadangan nikel di dunia.
Baca Juga: DPP Partai Golkar Terima Pendaftaran Bahlil Lahadalia sebagai Calon Ketua Umum, Senin Malam
"Tapi empat bulan yang lalu data Geologi Amerika itu mengatakan bahwa kita cadangan nikel dunia itu 40 sampai 45 persen," ujarnya.
Menteri ESDM menjelaskan bahwa nikel merupakan komponen kunci dalam produksi baterai kendaraan listrik, yang kini menjadi fokus dunia seiring dengan peralihan dari energi fosil menuju energi terbarukan.
Apalagi, tambah Menteri ESDM, saat ini hampir semua dunia bicara tentang mobil listrik, meninggalkan bahan bakar fosil.
Baca Juga: Sah, Bahlil Lahadalia Secara Aklamasi Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum Partai Golkar
Dia menyebutkan bahwa bahan baku mobil listrik 60 persen merupakan komponen mobil, sedangkan 40 persen adalah baterainya. Dari sisi baterai komponen terdiri atas empat yakni mangan, kobalt, litium dan nikel.
"Dari empat itu 80 persen nikel, nah kita di Indonesia punya tiga cadangan, nikel, mangan, kobalt, yang kita nggak punya litium," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa dengan cadangan besar nikel, mangan, dan kobalt, Indonesia menjadi salah satu negara strategis dalam rantai pasokan global untuk industri kendaraan listrik dan teknologi energi hijau.
"Jadi, orang di dunia ini akan memakai mobil listrik pasti tergantung pada bahan baku nikel, kobalt, mangan Republik Indonesia," kata Bahlil.