DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia: Industri Mobil Listrik Dunia Bergantung pada Indonesia

image
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi sambutan dalam kegiatan Repnas National Conference & Awarding Night di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024. ANTARA/Harianto

ORBITINDONESIA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimistis bahwa bahwa Indonesia akan menjadi faktor penentu utama dalam industri mobil listrik global, berkat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.

"Sekarang ketika dunia berbicara green energy dan green industry, Indonesia itu mempunyai keunggulan komparatif yang tidak banyak dimiliki oleh negara negara lain," kata kata Bahlil Lahadalia dalam kegiatan Repnas National Conference & Awarding Night di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024.

Bahlil Lahadalia menerangkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah cadangan nikel dunia. Di mana pada tahun 2023 menurut data Geologi Amerika mengatakan bahwa Indonesia memiliki 20 persen cadangan nikel di dunia.

Baca Juga: DPP Partai Golkar Terima Pendaftaran Bahlil Lahadalia sebagai Calon Ketua Umum, Senin Malam

"Tapi empat bulan yang lalu data Geologi Amerika itu mengatakan bahwa kita cadangan nikel dunia itu 40 sampai 45 persen," ujarnya.

Menteri ESDM menjelaskan bahwa nikel merupakan komponen kunci dalam produksi baterai kendaraan listrik, yang kini menjadi fokus dunia seiring dengan peralihan dari energi fosil menuju energi terbarukan.

Apalagi, tambah Menteri ESDM, saat ini hampir semua dunia bicara tentang mobil listrik, meninggalkan bahan bakar fosil.

Baca Juga: Sah, Bahlil Lahadalia Secara Aklamasi Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum Partai Golkar

Dia menyebutkan bahwa bahan baku mobil listrik 60 persen merupakan komponen mobil, sedangkan 40 persen adalah baterainya. Dari sisi baterai komponen terdiri atas empat yakni mangan, kobalt, litium dan nikel.

"Dari empat itu 80 persen nikel, nah kita di Indonesia punya tiga cadangan, nikel, mangan, kobalt, yang kita nggak punya litium," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa dengan cadangan besar nikel, mangan, dan kobalt, Indonesia menjadi salah satu negara strategis dalam rantai pasokan global untuk industri kendaraan listrik dan teknologi energi hijau.

Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Ingin Smelter Masuk Indonesia Kolaborasi dengan Pemegang IUP di Dalam Negeri

"Jadi, orang di dunia ini akan memakai mobil listrik pasti tergantung pada bahan baku nikel, kobalt, mangan Republik Indonesia," kata Bahlil.

Bahlil juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengambil langkah dengan menghentikan ekspor oren nikel. Namun, langkah Indonesia menghentikan ekspor bahan baku menghadapi tekanan internasional, terutama karena Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar, mencapai 40-45 persen cadangan dunia.

"Sekarang kenapa orang menghantam kita? agar mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan untuk tetap mengizinkan ekspor (ore nikel)," kata Bahlil.

Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Sebut Tak Ada Kerja Paksa Pada Industri Nikel Indonesia, Jangan Ikuti Narasi Asing

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan hadirnya pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, bakal membuat Indonesia disegani di dunia.

"Jadi saya yakin dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat signifikan. Dan lebih dari itu, tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia bahwa Indonesia ini bisa diatur-atur oleh siapa pun," kata Luhut dalam sambutannya di sela peresmian pabrik tersebut dipantau secara daring di aku Youtube Sekretariat Presiden dari Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024.

Menurut Luhut, adanya pabrik yang mampu memproduksi bahan anoda baterai sebanyak 80 ribu ton per tahun akan menyaingi China yang saat ini memproduksi 100 ribu ton per tahun.

Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia: Prabowo-Gibran Punya Program untuk Mencapai Kedaulatan Energi

"Indonesia negara besar, negara yang punya karakter, negara yang bisa mengatakan iya, dan negara yang bisa mengatakan tidak," tegas Luhut.***

Sumber: Antara

Berita Terkait