DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Psikolog Adhissa Qonita Berikan Kiat Membatasi Diri dalam Mengikuti Tren Hiburan Seperti Konser dan Belanja

image
Ilustrasi - Sejumlah penggemar grup K-Pop Neo Culture Technology 127 berswafoto sebelum konser berlangsung di kawasan Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu, 13 Januari 2024. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/nym.

ORBITINDONESIA.COM - Psikolog Pendidikan sekaligus dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Adhissa Qonita memberikan sejumlah kiat agar seseorang dapat membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan, seperti menonton konser, pergi liburan, dan berbelanja daring.

Menjelang akhir tahun, kegiatan hiburan di Indonesia semakin bertambah, mulai dari konser, promo liburan, dan lainnya. Namun, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan hiburan di atas, Adhissa Qonita menyarankan seseorang untuk memikirkan kembali seberapa penting hal tersebut untuk dilakukan.

"Ini nggak harus FOMO (Fear of Missing Out), konteksnya adalah bagaimana cara kita mengerem diri, secara umum kita bisa melihat ke diri kita sendiri sebelum kita menyimpulkan dan menyelesaikan sesuatu," kata Adhissa Qonita saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin malam, 7 Oktober 2024.

Baca Juga: Kota Solo Siapkan 13 Titik Hiburan Pada Malam Tahun Baru

Menurutnya, penting bagi seseorang untuk berpikir sejenak sambil melihat faktor kerugian dan keuntungan suatu kegiatan hiburan sebelum melakukannya (terutama yang bersifat tren belaka). Jangan lupa untuk melihat ketersediaan anggaran dan tenaga sebelum melakukan suatu kegiatan hiburan.

"Kalau berpikirnya tergantung ke orang masing-masing, tapi tidak harus sehari, sebenarnya cuma butuh beberapa menit saja dan kita bisa melihat pro's (pro) & con's (kontra) nya, take a time dulu," ujar dia.

"Secara keuangan, memenuhi nggak kita (jika menggunakannya untuk kegiatan hiburan), kalau pun memenuhi apakah uangnya akan dipakai untuk kebutuhan lain atau tidak," sambungnya.

Baca Juga: Sengkarut Tarif Pajak Hiburan, Kemenkeu Undang Inul Daratista Diskusi: Kami Ingin Luruskan

Lebih lanjut, ia menilai terkadang sulit menentukan prioritas tiap orang karena tidak semuanya memiliki prioritas yang sama. Selama seseorang tidak terjerumus dalam mengikuti tren secara berlebihan, kegiatan hiburan sah-sah saja untuk dilakukan.

"Yang penting supaya kita tidak terjerumus dengan tren, kita lihat juga keuangan dan tenaganya," kata Adhissa.

Dia menambahkan, "Jadi, kembali lagi ke diri sendiri. Cek ulang apa baik dan buruknya (kegiatan hiburan tersebut), kita pasti akan berhenti melakukannya kalau ujung-ujungnya banyak buruknya".

Baca Juga: ​​​​​​Anggota DPRD DKI Dwi Rio Sambodo Minta Satpol PP Lebih Gencar Berpatroli di Tempat Hiburan Malam

Misalnya menonton konser. Akhir-akhir ini, banyak konser dari artis dalam negeri maupun luar negeri yang digelar di Indonesia, dan tidak sedikit masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Alih-alih menikmati konser, banyak dari individu tersebut yang memaksakan diri dan berujung hanya mengikuti tren saja. Oleh karena itu, jangan lupa untuk melihat faktor keuntungan maupun kerugian dari suatu kegiatan hiburan agar tidak terjebak dalam fenomena FOMO berlebihan.

"Mengukur diri itu wajib, kita harus lihat dari dua sisi yang menguntungkan atau merugikan kita," katanya. 

Baca Juga: Perusahaan Konten Digital dan Hiburan, Nuon Bersiap Rilis Game Karya Anak Bangsa DreadHaunt

"Kalau kita merasa hal itu masih menguntungkan, jangan-jangan itu bukan FOMO, tapi kebutuhan sifatnya," kata Adhissa menutup percakapan.***

 

 

Sumber: Antara

Berita Terkait