Oleh: Denny JA
(Kumpulan Penulis dan Aktivis Rehat dan Merenung di daerah Gunung Setelah Aksi Protes bulan Agustus 2024)
ORBITINDONESIA.COM - Pagi hari, di gunung yang sejuk,
saat embun masih menggantung di ujung daun,
aku terjaga, bukan oleh yel-yel aksi protes hari itu,1
tapi oleh nyanyian lembut dari langit.
Baca Juga: Puisi Rosadi Jamani: Tewas dalam Pembebasan
Suara burung itu, sederhana, namun begitu murni, indah dan lembut,
menerbangkan jiwaku lepas dari bumi.
Aku, terbiasa mengejar mimpi perubahan dunia,
berlari di jalan-jalan berdebu, berhadapan dengan aparat keamanan.
Di antara bisingnya perdebatan gagasan,
soal politik yang seharusnya,
perkara ekonomi yang semestinya,
aku lupa pada keheningan yang dulu pernah kusentuh.
Namun pagi ini, suara burung itu,
mengundangku masuk ke dalam diri,
mengajak langkahku kembali ke arah yang tak terlihat,
ke ruang hening yang menyimpan jawaban,
ke tempat pertanyaan abadi itu kembali bergema:
“Apa yang sebenarnya kau cari?”
Adakah makna di balik segala hiruk pikuk ini?
Apakah perubahan dunia luar semata yang kukejar?
Apakah itu memang ujung dari nikmat hidup?
Suara burung pagi itu membawaku terbang ke dalam., kembali masuklah ke dasar batinku.
Baca Juga: 10 Penyair Hebat dan Hashim Yaacob Malaysia Baca Puisi pada Merdeka Berkarya SATUPENA Sumatra Barat
Aku duduk di bawah langit pagi,
merasakan setiap not yang diterbangkan angin.