DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Irna Mutiara: Sekolah Kursus Desain Berperan dalam Kembangkan Potensi Desainer untuk Membuat Produk Wastra

image
Model memperagakan busana pada peluncuran Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2025 di Jakarta, Rabu, 17 Juli 2024. Kementerian Perdagangan kembali menggelar Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2025 dengan menggaet 30 jenama produk modest fashion pada 9-12 Oktober 2024 di ICE BSD Tangerang, Banten. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/Spt)

ORBITINDONESIA.COM - Pendiri Islamic Fashion Institute, Irna Mutiara mengatakan, sekolah kursus desain berperan dalam mengembangkan potensi desainer untuk membuat produk wastra yang masih relevan untuk berbagai generasi agar menjadi produk berkelanjutan.

“Kami berpikir bagaimana sebuah wastra itu bisa dikembangkan, ditransformasi sehingga yang tadinya mungkin hanya dipakai untuk upacara atau kegiatan yang tradisional, pelanggannya itu saja, bagaimana supaya produk-produk itu bisa juga dipakai oleh semua generasi, termasuk yang generasi milenial ataupun gen Z,” kata Irna Mutiara dalam acara inkubasi modest fashion tahap dua Road to JMFW 2025 di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.

Irna Mutiara mengatakan, dalam membuat suatu bisnis yang berkelanjutan, seorang desainer membutuhkan ilmu agar bisa mempertahankan bisnisnya dan bisa terus berinovasi dengan tren baru.

Baca Juga: Penyanyi Raisa Andriana dan Tiara Andini Tampil Memukau di Grand Jember Fashion Carnival, Jawa Timur

Perancang busana itu mengatakan Indonesia yang sangat kaya akan wastra, mulai dari batik, tenun, bordir, hingga sulaman sangat bisa dikembangkan mulai dari desain hingga warna agar bisa diterima pasar yang lebih luas.

“Itulah semangatnya kita untuk bisa memberikan wawasan kepada para pelaku usaha dari bisnis fesyen ini untuk bisa juga membawa gerbong UMKM dari wastra,” katanya.

Namun dengan semakin bertambah peminat sekolah kursus desain modest fashion (busana sopan), Irna menyebut ada tantangan yang dihadapi penyedia kursus fesyen yaitu dari sisi teknologi dan akses menjangkau siswa jurusan vokasi sebagai tenaga terampil.

Baca Juga: CEO Scarf Media, Temi Sumarlin Kenalkan Nilai Keislaman Lewat "Modest Fashion" Indonesia ke Dunia

Kesenjangan antara siswa sekolah kejuruan dengan industri fesyen membuat para lulusan sekolah desain mendapat kesulitan menemukan penjahit atau pembuat pola terutama di luar pulau Jawa.

“Kalau SMK, masih ada gap (kesenjangan) untuk masuk ke dunia industri. Sementara fashion designer (perancang busana) semakin banyak, tentunya gerbong-gerbong yang lain juga dibutuhkan seperti misalnya penjahit, pembuat pola, nah itu masih sangat langka,” kata Irna.

Dia berharap kementerian terkait bisa memasukkan sekolah menengah atau vokasi mendapatkan porsi di industri fesyen.***

Sumber: Antara

Berita Terkait