Siluet Modern Wastra Tenun Lunggi ala Hian Tjen Tampil dengan Ragam Motif Menarik di JF3 2024
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 27 Juli 2024 06:40 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Desainer Indonesia Hian Tjen kembali hadirkan paduan busana unik dari wastra atau kain tradisional tenun lunggi (tenun songket sambas) dengan deretan teknik menjahit yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi atau couture khas Hian Tjen di acara festival mode JF3 2024.
"Tenun atau wastra dari daerah itu harus dipikirkan bagaimana supaya baju itu bisa menarik, dibikin se-trendy mungkin adalah tantangan terhebat untuk seorang desainer," kata Hian Tjen saat ditemui dalam acara JF3 2024 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat, 26 Juli 2024.
Kali ini, Hian Tjen berkreasi dengan merancang koleksi bertajuk Pitarah yang berarti Nenek Moyang yang menggunakan tenun lunggi sebagai material utama untuk koleksinya itu. Tenun lunggi yang digunakannya memiliki ragam motif menarik, khususnya bentuk geometri dan bunga yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan motif yang menarik.
Baca Juga: Penjabat Gubernur Ayodhia Kalake: Kain Sarung Tenun Tetap Dipakai Oleh ASN NTT
Dalam proses pembuatan koleksi Pitarah, Hian menggunakan sederet teknik menjahit tingkat tinggi untuk menghasilkan koleksi yang unik, elegan, dan tentunya dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Mulai dari teknik draping, fabric cutting, colourwash hingga corsetry telah diaplikasikan oleh Hian untuk koleksi Pitarah. Melalui koleksi Pitarah, Hian ingin konstruksi modern yang menjadi ciri khasnya dan sisi tradisional dari tenun lunggi dapat saling melengkapi.
Koleksi Pitarah terdiri dari 11 looks, yang sebagian besar dipadukan dengan material tenun lunggi, kain denim, dan material pendukung lainnya. Menariknya, semua looks yang ditampilkan Hian di koleksi kali ini dapat digunakan untuk acara-acara nonformal, tetapi tidak meninggalkan kesan mewah dan elegan yang menjadi ciri khas karya adibusana Hian.
Salah satunya looks atasan sabrina dari tenun lunggi yang dipadukan dengan rok panjang dari kain denim. Alih-alih terlihat monoton, Hian mencoba untuk mengeksplorasi tenun lunggi menjadi sesuatu yang lebih modern dan terlihat "ringan" saat digunakan.
Selain membuat koleksi Pitarah, Hian juga bekerja sama dengan Cita Tenun Indonesia (organisasi nirlaba pencinta wastra Nusantara) dalam program Pengembangan Tenun Sambas V yang didukung oleh Dekranasda Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Di tanah kelahirannya itu, Hian saling berbagi ilmu dan cerita kepada para perajin tenun. Hian menganggap terdapat persamaan antara pembuatan tenun lunggi dengan gaun rancangannya, yakni dibutuhkannya keahlian khusus, konsentrasi, kesabaran, dan waktu pembuatan yang cenderung lama.
"Salah satu yang dilakukan CTI (Cita Tenun Indonesia) itu sudah benar dengan melakukan penyuluhan bersama desainer ke daerah-daerah," kata Hian.
"Tugas desainer adalah sebisa mungkin bikin koleksi itu yang menarik, jadi orang tertarik untuk menggunakannya," tutupnya.
Koleksi Pitarah karya Hian Tjen dengan media tenun lunggi adalah koleksi terbatas dan dapat diperoleh langsung melalui Hian Tjen Atelier.
Sementara material tenun lunggi garapan komunitas perajin Tenun Sambas Rantai Mawar (material yang digunakan Hian untuk koleksi Pitarah) dapat diperoleh melalui Galeri Cita Tenun Indonesia.***