DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Penyair Frans Ekodhanto Purba Ajak Pembaca Peka kepada Lingkungan

image
Penyair Frans Ekodhanto Purba (kiri) dalam diskusi peluncuran buku puisi karyanya Monolog Hujan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu 13 Juli 2024. (ANTARA)

ORBITINDONESIA.COM - Penyair Frans Ekodhanto Purba mengajak pembaca peka kepada lingkungan lewat buku puisi berjudul Monolog Hujan yang baru saja diluncurkan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu 13 Juli 2024.

“Melalui buku puisi ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menghidupkan intuisi terhadap keseharian dan melihat kembali apa yang ada di lingkungan tempat tinggal, kerja, sekolah, kuliah, dan seterusnya,” katanya.

Selain itu, ia juga menegaskan melalui peluncuran Monolog Hujan tersebut, dapat menjadi momentum untuk meningkatkan semangat membaca dan budaya literasi masyarakat.

Baca Juga: SATUPENA Diskusikan Pemakaian AI untuk Mengubah Puisi Menjadi Lagu dengan Narasumber Nia Samsihono

Menurut Frans, puisi juga dapat menjadi medium untuk berkontemplasi dan menuangkan emosi-emosinya yang juga pernah memiliki profesi sebagai seorang jurnalis.

“Kita bisa berkontemplasi melalui metafora-metafora yang tertuang dalam kalimat atau larik-larik puisi. Jadi, puisi ini kurang lebih semacam cara saya merasakan dan meluapkan emosi-emosi agar tidak menjadi letupan-letupan yang tidak terkendali,” katanya.

Buku puisi Monolog Hujan karya Frans sebagian besar menceritakan pengalamannya membaca Jakarta secara lebih dalam melalui puisi.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: AI Sulit Memahami Konteks dan Emosi dalam Mengubah Puisi Menjadi Lagu

Menurutnya, masyarakat urban mulai gagap dan keliru dalam menyikapi peradaban, perkembangan zaman, perubahan iklim, sampai perkembangan teknologi.

“Saya termasuk orang yang beruntung, karena melalui buku puisi saya bisa berdialog dengan diri sendiri, bahkan bercakap-cakap dengan banyak orang. Paling tidak, juga bisa menenangkan letupan-letupan emosi menjadi energi baik untuk kewarasan dan kesehatan,” ujarnya.

Puisi-puisi yang tertuang dalam buku Monolog Hujan memiliki tiga tajuk: pertama adalah sejarah, kedua mitologi dan perjuangan, serta ketiga adalah pulang.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Nia Samsihono: Musikalisasi Puisi Tak Persis Dengan Ketika Memakai Kecerdasan Buatan

Dalam buku puisi tersebut, ia ingin melepaskan diri dari aturan-aturan yang mengikat dalam dunia jurnalistik maupun bahasa Indonesia yang lekat dengan kebakuan. ***

Berita Terkait