Spesialis Persenjataan Rusia: Peluru Kendali ATACMS AS Tidak Meledak di Ketinggian Tertentu
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 Juli 2024 17:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Para pakar senjata Rusia telah mempelajari desain internal dan konsep operasi submunisi kluster peluru kendali (rudal) ATACMS buatan AS dan menentukan ketinggian di mana munisi itu tidak meledak, demikian kantor berita Rusia Sputnik, mengutip seorang spesialis senjata.
Submunisi tersebut berupa obyek berbentuk bola berwarna hijau yang ukurannya mirip dengan bola tenis, dengan selubung yang memiliki tonjolan di sepanjang satu sumbu lingkar.
"Subminisi klaster M74. Rudal jarak jauh ATACMS memiliki 275 submunisi ini. Pembukaan kaset terjadi sekitar 200 meter di atas tanah. Karena tonjolan bulu, aliran yang mendahului mulai memutarnya. Ketika mencapai sekitar dua ribu putaran, sumbat sentrifugal terpisah ke samping, dan mesin di dalamnya berputar. Primer/detonator ditempatkan berlawanan dengan pemukulnya (striker). Munisi meledak saat mengenai permukaan," kata spesialis tersebut.
Baca Juga: Dukungan Faktanya Terus Berlanjut, AS Pasok 10 Ribu Bom dan Rudal untuk Israel Sejak Konflik Gaza
Ketika kaset terbuka secara normal, dan munisi mendarat tetapi tidak meledak, pemukulnya tetap dikokang, dan munisi tidak dapat dipindahkan, jelasnya. Warga sipil perlu berhati-hati saat menemukan "bola" semacam itu, katanya.
"Selubung munisi ini terdiri dari lapisan berlapis. Selubung bagian dalam terbuat dari paduan tungsten yang memiliki lekukan. Cangkang luar dan dalam berbintik. Bahan peledak dan tombol peledak/sekeringnya sendiri ada di dalamnya. Granat tangan RGO (granat pertahanan fragmentasi Soviet) memiliki desain internal yang mirip. Hanya kami menggunakan baja, mereka menggunakan tungsten," tambah spesialis tersebut.
Spesialis senjata Rusia itu mengatakan tungsten memungkinkan pecahan peluru memperoleh lebih banyak kecepatan saat terbang setelah ledakan.
Baca Juga: Denmark Tolak Tuduhan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang Keberadaan Rudal Jarak Menengah
"Efektivitas radius fragmentasi menurut data, sekitar 20 meter. Namun, secara obyektif, beberapa pecahan peluru dapat menembus pintu logam bahkan pada jarak 50 meter. Awan fragmen lebih kecil, kemungkinan terkena lebih rendah, tetapi daya henti pecahan peluru merupakan ancaman yang lebih besar," paparnya.
Sebanyak 250 pecahan fragmen dapat menutupi area seluas 400 kali 400 meter, submunisi jatuh terpisah di sekitar lima meter, tambahnya.***