DECEMBER 9, 2022
Internasional

Denmark Tolak Tuduhan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang Keberadaan Rudal Jarak Menengah

image
Ilustrasi - Rudal jarak menengah Denmark (Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Pertahanan Denmark pada Sabtu, 30 Juni 2024, menolak tuduhan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang rudal jarak menengah di Denmark setelah Moskow mengancam akan melanjutkan produksi rudal jarak menengah yang sebelumnya dilarang, menurut laporan media setempat.

Menurut Presiden Putin, dugaan rudal jarak menengah tersebut akan digunakan Denmark untuk latihan militer.

"NATO adalah aliansi pertahanan. Pencegahan dan pertahanan merupakan salah satu tugas utama NATO, yang diperlukan mengingat Rusia yang agresif," demikian menurut keterangan Kementerian Pertahanan Denmark.

Baca Juga: Jens Stoltenberg: Sekutu NATO Tingkatkan Belanja Pertahanan 18 Persen, Terbesar Dalam Beberapa Dekade

"Latihan merupakan bagian penting dari upaya pencegahan yang sedang berlangsung. Tidak ada rudal jarak menengah yang dikerahkan di Denmark," tulis kementerian tersebut kepada kantor berita Denmark, Ritzau.

Perjanjian tentang Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang melarang penggunaan rudal nuklir dan konvensional berbasis darat dengan jangkauan antara 500-5.500 km ditandatangani oleh pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada 1988.

Namun, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata pada 2019, dengan alasan Rusia melakukan pelanggaran.

Baca Juga: NATO Resmi Tunjuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte Sebagai Sekjen Pengganti Jens Stoltenberg

Sebelumnya pada Sabtu, Putin mengklaim bahwa Rusia tidak memproduksi rudal semacam itu sejak perjanjian ditandatangani.

"Hari ini, diketahui bahwa AS tidak hanya memproduksi tiga sistem rudal, tetapi sudah menjualnya ke Eropa untuk latihan, ke Denmark. Baru-baru ini, diumumkan bahwa sistem rudal tersebut berada di Filipina," kata Putin dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional Rusia.

Presiden Rusia itu mengancam akan memulai produksi sistem tersebut dan bahwa "berdasarkan situasi aktual," Moskow akan membuat keputusan tentang lokasi, "jika perlu untuk memastikan keselamatan kami," untuk menempatkan sistem tersebut.***

Sumber: Antara

Berita Terkait