DECEMBER 9, 2022
Olahraga

Piala Eropa 2024: Belanda Melawan Prancis Jadi Pertandingan Kelas Berat

image
Pertandingan Grup D Piala Eropa 2024 Belanda melawan Prancis. (ANTARAl)

ORBITINDONESIA.COM - Pertandingan Sabtu dini hari pukul 02.00 WIB di Red Bull Arena di Leipzig antara Belanda dan Prancis nanti adalah laga kelas berat kedua dalam PIala Eropa 2024 setelah pertemuan Italia dengan Spanyol pada Jumat dini hari tadi yang dimenangkan Spanyol 1-0.

Laga ini juga salah satu pertandingan klasik yang menguakkan rivalitas antara raksasa-raksasa sepak bola Eropa yang selalu enak ditonton.

Kedua tim sudah mengantongi tiga poin. Belanda mendapatkannya setelah mengalahkan Polandia 2-1, sedangkan Prancis meraihnya setelah menang tipis 1-0 dari Austria.

Baca Juga: Piala Eropa 2024: Menang Melawan Italia, Spanyol Lolos ke Babak 16 Besar

Pertandingan di kandang RB Leipzig ini adalah pertemuan keempat antara kedua tim dalam Piala Eropa.

Prancis memenangkan pertemuan pertama pada perempatfinal PIala Eropa 1996 yang dilewati dengan adu penalti. Belanda membalasnya, berturut-turut dalam fase grup Piala Eropa 2000 dan 2008.

Lalu, dari delapan pertemuan terakhir dalam semua kompetisi, Les Bleus menang tujuh kali atas Oranye, sedangkan Belanda hanya menang satu kali dalam pertandingan UEFA Nations League pada November 2018.

Baca Juga: Piala Eropa 2024: Slovenia Melawan Serbia Imbang

Kedua tim hampir selalu mengalahkan dalam 30 laga kedua tim sepanjang masa. Dari jumlah itu, hanya empat pertandingan yang berakhir sesi. Prancis menang 15 kali, sedangkan Belanda menang 11 kali.

Dari statistik itu, Prancis terlihat memiliki riwayat lebih baik yang membuatnya memiliki kemungkinan menang yang lebih besar di Leipzig nanti.

Sebaliknya, jika melihat riwayat pertemuan mereka dalam ajang Piala Eropa, Belanda adalah ang memiliki kemungkinan lebih besar untuk menang.

Baca Juga: Piala Eropa 2024, Slovakia Melawan Ukraina: Bercampur Emosi Politik

Lalu, jika statistik pertandingan terakhir kedua tim sewaktu mengalahkan Polandia dan Austria, Belanda juga yang lebih baik dibandingkan dengan Prancis.

Oranye menciptakan 21 peluang yang 4 di antaranya tepat sasaran dan menguasai 66 persen distribusi bola sewaktu mengalahkan Polandia, sedangkan Les Bleus kalah penguasaan bola dari Austria tapi menciptakan 14 peluang yang 3 di antaranya tepat sasaran.

Dari sana, tim asuhan Ronald Koeman memiliki kemungkinan besar mengulangi sukses Piala Eropa 2000 dan 2008, dalam mengalahkan Prancis untuk ketiga kalinya pada ajang Piala Eropa.

Mahzab berbeda

Pertemuan antara dua jago Eropa yang total tiga kali menjuarai Piala Eropa ini adalah juga pertemuan antara dua mazhab sepak bola yang berbeda.

Belanda, dengan "total-fotball"-nya, selalu berusaha menjadi tim yang lebih menekan dalam setiap pertandingan, sedangkan Prancis selalu bermain cerdik yang menyerap energi lawan untuk balik mereka gunakan guna membunuh permainan lawan.

"Totaalvoetbal" mengharuskan semua pemain Oranye mampu memerankan semua fungsi.

Di sini, pemain yang keluar dari posisi yang menjadi tanggung jawabnya, akan cepat digantikan oleh pemain yang berperan dalam posisi lain.

Dengan cara itu, kapan pun pemain bergerak overlap, struktur bermain Oranye tak berubah karena pemain-pemainnya dengan cepak saling mengisi kekosongan.

Sebaliknya, terutama selama beberapa tahun terakhir, Prancis menekankan pendekatan yang lebih pragmatis, dengan menekankan pada pertahanan yang solid.

Dari orientasi bermain ini, Les Bleus tak jarang memainkan bola-bola panjang dari garis pertahanan yang melewati lini tengah, untuk langsung mencapai striker.

Prancis menekankan pertahanan yang kuat dengan pemain bertahan yang piawai memperlambat tempo, dan mendorong timnya sabar menunggu guna melancarkan serangan balik, yang biasanya diawali dengan gerakan berlari secara diagonal yang kadang tidak harus dimulai dari penyerang.

Prancis adalah tim yang sangat efisien, tapi mematikan karena keterampilan teknik pemain-pemainnya sangat baik.

Mana yang berhasil dari kedua pendekatan sepak bola ini akan menjadi salah satu bagian sangat menarik dalam pertandingan Sabtu dini hari nanti itu.

Yang jelas, pragmatisme telah menghadiahkan ganjaran kepada Prancis berupa juara Euro 2000 dan Piala Dunia 2018. Total mereka sudah dua kali juara Piala Dunia dan dua kali juara Piala Eropa.

Sebaliknya permainan menyerang yang menuntut semua pemain memerankan semua fungsi, acap tak membawa keberhasilan kepada Belanda.

Mereka sudah tiga kali mencapai final Piala Dunia, tapi tak ada satu pun yang dimenangkan.

Tapi dalam satu-satunya final Piala Eropa yang berhasil dimasukinya, belanda memenangkan final 1988 untuk menjuarai Piala Eropa tahun itu. Koeman yang menjadi pelatih Belanda sekarang adalah bagian dari skuad yang menjuarai PIala Eropa 1988.

Tetap diunggulkan

Salah satu pusat perhatian dalam laga klasik kali ini adalah bintang Prancis, Kylian Mbappe. Tapi, Didier Deschamps yang seperti Koemen pernah mengangkat trofi Euro sewaktu menjadi pemain, tengah ragu apakah andalan utamanya itu bisa bermain dalam laga melawan Oranye.

Kapten timnas Prancis berusia 25 tahun itu mengalami cedera pada hidungnya setelah bertabrakkan dengan bek tengah Austria Kevin Danso dalam laga pertama di Duesseldorf pada Senin pekan ini.

Seandainya Deschamps tak bisa menurunkan Mbappe sebagai starter, maka dia mungkin menginstal Olivier Giroud dalam posisi Mbappe pada sistem bermain 4-2-3-1.

Sepuluh pemain lainnya tetap menjadi starter Les Bleus, termasuk Antoine Griezmnan, Marcus Thuram dan Ousmane Dembele yang akan tetap paralel di belakang penyerang utama, sedangkan Adrien Rabiot dan N'Golo Kante masih menjadi poros permainan Prancis.

Theo Hernandez dan Jules Kounde juga tetap di kedua sayap pertahanan yang juga membantu Thuram dan Dembele di sayap serangan, selain menutup lebar pertahanan dengan mengapit William Saliba dan Dayot Upamecano dalam melindungi kiper Mike Maignan.

Di pihak Belanda, Koeman juga tetap menempatkan pemain-pemainnya dalam posisi seperti Deschamps menempatkan pemain-pemainnya.

Itu artinya, Memphis Depay akan kembali menjadi ujung tombak seperti Giroud atau Mbappe di Prancis, dalam formasi 4-2-3-1.

Cody Gakpo dan Xavi Simons tetap mengapit Depay di kedua sisi serangan dengan posisi lebih mundur untuk sejajar dengan Tijjani Reijnders yang berdiri tepat di belakang Depay.

Joey Veerman dan Jerdy Schouten menjadi pengatur keseimbangan permainan Oranye sekaligus bertarung dengan duet Rabiot dan Kante di Prancis.

Nathan Ake dan Denzel Dumfries kembali bertanggung jawab di sayap pertahanan untuk mengapit Virgil van Dijk dan Stefan de Vrij di jantung pertahanan Oranye di depan kiper Bart Verbruggen.

Hampir semua pemain yang diturunkan kedua tim sangat akrab di telinga penggemar sepak bola global. Mereka dikenal tangguh di semua lini.

Dan kemerataan kekuatan antara kedua tim membuat hasil seri dalam pertandingan ini lebih besar dalam ketimbang kemungkinan salah satu dari kedua tim memenangkan laga ini. Tapi apa pun hasilnya, kedua tim tetap diunggulkan lolos dari fase grup. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait