Gita Wirjawan: Bahasa Menjadi Katalisator Perubahan, Maka Perlu Kuasai Bahasa Internasional
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 31 Mei 2024 04:13 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Perdagangan periode 2011-2014 dan wirausahawan Gita Wirjawan mendorong anak-anak bangsa Indonesia untuk mahir berkomunikasi menggunakan berbagai bahasa internasional, guna meningkatkan kapasitas bernegosiasi pada level tertinggi, karena bahasa adalah katalisator perubahan.
Berkomunikasi dengan berbagai bahasa, menurut Gita Wirjawan, membuat seseorang mampu bercerita (story-telling) secara lebih aktif, sehingga produktivitas dia semakin dilirik bahkan bisa bersaing secara global.
"Berbahasa internasional, apakah itu bahasa Mandarin, Jepang, Italia, ataupun Inggris, kita akan pelajari ke depan," kata Gita Wirjawan, yang juga Dewan Komisaris perusahaan rintisan teknologi pendidikan (Edtech) asal Indonesia, "Cakap".
Gita bicara saat acara ulang tahun ke-5 perusahaan tersebut di Jakarta, Kamis, 30 Mei 2024.
Investasi pendidikan bahasa yang baik adalah kunci keberhasilan pendidikan nasional, menurut Gita.
Dia mendorong tim kerjanya di "Cakap" dapat menggeser jarum populasi kemahiran berbahasa internasional di Indonesia, dari hanya kurang lebih 10 juta menjadi 100 juta di masa depan.
Baca Juga: Prosa.ai Hadirkan Produk Berbasis AI, Pengubah Teks Jadi Suara Berbahasa Indonesia dan Inggris
"Kurang dari 10 juta kapasitas atau propencity Indonesia untuk berkomunikasi dalam bahasa internasional, termasuk bahasa Inggris, itu kecil sekali dibandingkan populasi penduduk yang sekitar 280 juta. Jadi impian saya, jarum itu kita geser ke 100 juta manusia di Indonesia," kata Gita.
Gita mengingatkan, negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa) menginginkan adanya pengkajian ulang terhadap tatanan yang dulu diprakarsai negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Inggris.
"Karena adanya pengkajian ulang, karena adanya multipolaritas, persaingan itu semakin intens. Kalau persaingan semakin intens, yang paling penting itu adalah daya saing, daya saing itu ter-manifestasi dalam produktivitas," kata Gita.
Jika negara-negara di dunia cenderung menata relasi-relasinya secara bilateral (relasi dua negara), tidak lagi multilateral (relasi banyak negara) maka kapasitas bahasa menjadi poin penting untuk memperoleh kesepahaman-kesepahaman yang meningkatkan produktivitas.