Dosen Universitas Indonesia Muhamad Syauqillah: Moderasi Beragama Wajib Dimiliki Insan Indonesia

ORBITINDONESIA.COM - Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Muhamad Syauqillah mengatakan, konsep moderasi beragama wajib dimiliki oleh seluruh insan Indonesia, mengingat beragamnya budaya dan kepercayaan di Tanah Air.

Konsep moderasi beragama, menurutnya, menjadi jalan terbaik untuk menciptakan perdamaian, kerukunan, dan persatuan.

Moderasi beragama berusaha menempatkan kedudukan yang sama antara negara dan agama, sehingga masyarakatnya bisa mendapatkan kedua bagian tersebut secara adil dan merata.

"Moderasi beragama adalah cara pandang beragama yang wajib dimiliki oleh seluruh insan Indonesia. Kalau dibilang sekularisasi, tampaknya kurang begitu tepat," kata Syauqillah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu 29 Mei 2024.

Menurutnya, secara institusional Indonesia menempatkan agama di posisi yang tinggi dalam urusan kenegaraannya. Hal ini bisa ditunjukkan dengan hadirnya institusi pemerintah yang namanya Kementerian Agama.

Moderasi beragama terdiri atas empat pilar, yakni memiliki komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap kearifan lokal. Moderasi beragama adalah cara Indonesia mengakui kehadiran agama dalam setiap sendi kehidupan bernegara.

Syauqillah menekankan bahwa menyamakan moderasi beragama dengan sekularisme adalah keliru.

Moderasi beragama justru menempatkan cara pandang umat beragama sesuai keadaan di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki beberapa produk perundang-undangan yang bisa dijadikan rujukan bahwa negara tidak menempatkan agama secara terpisah.

Dengan begitu, konsep twin tolerations, yakni konsep yang menempatkan agama dan negara dalam posisi yang seimbang, dapat terasa kehadirannya di Indonesia.

"Kolaborasi dan keseimbangan antara negara dan agama ditunjukkan dengan tingginya toleransi antarsesama.”

Di samping itu, Syauqillah menyoroti fakta bahwa tercatat nol kasus terorisme di Indonesia sepanjang tahun 2023.

Meski demikian, dia mengingatkan ancaman terorisme dan radikalisme tidak benar-benar hilang di tengah masyarakat.

"Memang angka serangan terorismenya nol, tetapi jumlah yang ditangkap itu mencapai 147 orang.”

Penangkapan itu menunjukkan bahwa radikalisasi masih berjalan di bawah tanah.

Syauqillah mendorong penyebaran ideologi berbasis kekerasan dipersempit ruang geraknya melalui regulasi dari pemerintah dan peran aktif masyarakat dalam menerapkan moderasi beragama. ***