ANNAS dan Abainya Para Pejabat Soal Geopolitik
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 01 September 2022 13:10 WIB
Mengapa harus ada rekrutmen jihadis dari Indonesia (dan dari sekitar 100 negara sedunia) supaya ikut perang di Suriah? Emangnya rakyat Suriah kemana? Kalau benar mereka dizalimi pemerintahnya, ya mereka dong angkat senjata?
Tahun 2011 (sebelum perang), Suriah itu lebih makmur daripada Indonesia lho! (didasarkan pada Human Development Index). Bahkan CIA dulu menyebut Suriah sebagai salah satu negara teraman di dunia.
Apa mayoritas rakyat Suriah yang angkat senjata melawan pemerintah? Atau hanya segelintir saja dari mereka (kan kelompok radikal memang ada dimana-mana), dibantu jihadis dari seluruh dunia?
Nah, di sinilah pentingnya PEMAHAMAN GEOPOLITIK. Kalau paham geopolitik, kita bisa menyatukan titik-titik yang berserakan (connecting the dots).
Kita bisa tahu, apa kepentingan negara-negara Barat “bermain” di Suriah? Kita bisa mendeteksi, para ustadz di Indonesia yang pro-terorisme di Suriah, ternyata berjejaring dengan organisasi transnasional.
Yang teroris di Suriah bukan cuma ISIS lho. Jadi kalau mereka mengaku anti-ISIS, belum tentu anti-teroris, karena ada ratusan milisi lainnya dengan berbagai nama.
Kita juga jadi waspada dengan aksi penggalangan donasi yang dikumpulkan dari orang-orang Indonesia yang mereka tipu dengan foto/video hoaks Suriah.
Baca Juga: KTT G20 di Bali Menandai Transisi Indonesia dari Kendaraan BBM Menuju Kendaraan Listrik
Lalu, dengan pemahaman geopolitik pula, kita bisa PAHAM, apa akibat mengerikan bila narasi kebencian ala ANNAS dibiarkan?