DECEMBER 9, 2022
Internasional

Dokter Korea Selatan Hari Minggu Ini Unjuk Rasa Massal, Sebagai Buntut Tambahan Kuota Mahasiswa Kedokteran

image
Ilustrasi pemeriksaan kesehatan oleh dokter Korea Selatan. (ANTARA/Pixabay.com/Myriams-Fotos)

ORBITINDONESIA.COM - Ketegangan antara pemerintah Korea Selatan dengan para dokter meningkat, seiring rencana Asosiasi Medis Korea (KAM) mengadakan unjuk rasa massal pada Minggu, 3 Maret 2024, sebagai buntut dari perselisihan mengenai penambahan kuota mahasiswa kedokteran.

“Sekitar 20.000 dokter diperkirakan akan ambil bagian dalam demonstrasi tersebut,” kata keterangan KMA sebagaimana dilaporkan Yonhap, Sabtu, 2 Maret 2024.

Aksi demonstrasi besar-besaran di bagian barat Seoul itu dilatarbelakangi oleh pemerintah, yang meningkatkan tekanan terhadap para dokter yang melakukan aksi mogok dengan mengajukan tuntutan pidana terhadap beberapa mantan pejabat KMA.

Baca Juga: Espoir, Merek Riasan Kecantikan Asal Korea Selatan Resmi Masuk ke Indonesia

Pihak Kepolisian Seoul pada Jumat, 1 Maret 2024 telah menggerebek rumah kantor pejabat KMA, dengan tudingan mendorong para dokter peserta pelatihan untuk meninggalkan pekerjaannya secara massal dan mendukung pemogokan.

Hal itu dinilai KMA sebagai peringatan jelas bahwa pemerintah tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum jika pemogokan terus berlanjut. Padahal, pemogokan tersebut lantaran pemerintah setempat tidak memiliki terobosan di tengah meningkatnya risiko gangguan medis yang besar.

Sebelumnya pada Kamis, 29 Februari 2024, pemerintah telah mengajukan permohonan terakhir kepada para dokter junior untuk kembali bekerja pada Kamis atau mereka akan menghadapi hukuman, termasuk penangguhan izin.

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Waspadai Potensi Provokasi Korea Utara Jelang Pemilu April

Imbauan pemerintah tidak berhasil membuat dokter peserta pelatihan dan residen kembali ke rumah sakit. Hingga Kamis sore, hanya 6 persen atau 565 dari 9.510 dokter yang mogok telah kembali bekerja.

Menanggapi perselisihan tersebut, Asosiasi Medis Dunia telah mengeluarkan pernyataan dengan menyebut rencana pemerintah sebagai keputusan sepihak yang secara drastis meningkatkan penerimaan mahasiswa kedokteran, dilaksanakan tanpa bukti yang jelas dan kurangnya konsultasi dan konsensus dengan kelompok ahli.

Namun, Kementerian Kesehatan Korea Selatan membantah keras klaim tersebut dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut hanya mewakili pendapat sepihak para dokter Korea, sembari menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan lebih dari 130 kali pembicaraan dengan kalangan medis.

Baca Juga: Grup Band Rock Asal Korea, Xdinary Heroes Siap Berbahasa Indonesia untuk Sapa Penggemar Jakarta

Sedangkan Serikat Kesehatan dan Medis Korea menyuarakan keprihatinan atas kesenjangan layanan kesehatan yang semakin meningkat, dengan mengatakan penolakan kolektif terhadap perawatan medis oleh para spesialis telah mengancam nyawa pasien karena tidak dapat dilakukan tepat waktu. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait