Relawannya Meninggal Akibat Tindakan Kekerasan, Ganjar Pranowo Berduka Cita
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 31 Desember 2023 06:08 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Ganjar Pranowo berdukacita atas meninggalnya kematian seorang relawannya dari Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, karena dugaan tindak pidana kekerasan.
"Ya, saya turut berduka," kata Ganjar usai menghadiri acara Konsolidasi Akhir Tahun Tim Pemenangan Nasional (TPN) dan Relawan Ganjar-Mahfud di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu 30 Desember 2023.
Ia telah meminta Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud untuk menangani kasus tersebut.
"Sekarang tim hukum sedang mendalami soal itu," kata Ganjar.
Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis melaporkan, satu orang relawan meninggal dunia dan empat orang luka berat akibat kekerasan dari oknum TNI, Sabtu.
"Kami mendapat laporan dari Klaten dan Boyolali (Jawa Tengah). Ini laporan dengan brutalitas dan tindak kekerasan yang sangat-sangat tidak bisa diterima. Satu meninggal dunia dan empat orang mengalami luka berat," kata Todung di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan bahwa satu orang meninggal dunia berasal dari Klaten dan meninggal di rumah sakit.
"Yang meninggal dunia ini adalah relawan pendukung Ganjar-Mahfud yang diduga mengalami kekerasan dan brutalitas dari pendukung pasangan calon yang lain," ujarnya.
Empat korban luka-luka disebabkan penganiayaan oleh oknum TNI di pos TNI setempat, sehingga pihaknya mendesak Panglima TNI untuk segera mengambil tindakan.
"Kalau itu benar, kami ingin minta kepada Panglima TNI (Jenderal TNI Agus Subiyanto) untuk mengambil tindakan yang tegas dan mempertanggungjawabkan secara hukum mereka yang melakukan tindakan kekerasan ini," katanya.
Selain itu, ia meminta investigasi lebih lanjut dari Kepolisian dan TNI mengenai penganiayaan tersebut.
"Kami ingin minta investigasi dari pihak Kepolisian dan TNI, karena kami sangat prihatin dan sangat sedih dan tidak bisa membayangkan. Apakah kita akan punya pemilu dan pilpres yang damai kalau keadaan semacam ini akan terus berlanjut apalagi akan bereskalasi? Jadi ini tidak bisa dibiarkan," kata Todung. ***