Kemenkumham dan Institut Leimena akan Gelar Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 10 November 2023 15:16 WIB
"Ada sinyalemen bahwa ternyata banyak guru agama Islam, guru-guru agama di Indonesia cenderung intoleran,” kata Alwi Shihab.
“Ini sangat berbahaya kalau dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha dari pemerintah maupun organisasi Islam dan Kristen," tambah Alwi.
Alwi mengatakan guru berperan strategis untuk membangun generasi muda menjadi pemimpin bangsa ke depan.
Program Litrasi Keagamaan Lintas Budaya melatih guru untuk menguasai tiga kompetensi yaitu pribadi, komparatif, dan kolaboratif.
"Intoleransi yang terjadi di dunia ini dan bahkan pertikaian sampai perang itu disebabkan penafsiran ajaran agama yang keliru, sehingga perlu kita menggali ajaran agama yang betul-betul bersumber dari prime source," ujar Alwi.
Kompetensi pribadi artinya seseorang harus benar-benar memahami ajaran agamanya dan selalu merujuk kepada sumber utama (prime source) dalam memandang relasi dengan orang yang berbeda agama.
Kompetensi komparatif artinya seseorang diajak mengenal agama lain langsung dari penganutnya agar menepis prasangka antar agama.
Kompetensi kolaboratif adalah upaya mencari titik temu dan landasan agar pihak-pihak yang berbeda agama bisa bekerja sama satu sama lain.
"Pendekatan ini memberikan pencerahan kepada guru-guru bahwa pada dasarnya kita harus siap untuk berbeda.”
“Perbedaan jangan menjadi pintu masuk pertikaian, sebaliknya perbedaan adalah keniscayaan.”
“Kita hendaknya mengelola perbedaan tersebut untuk kepentingan bersama," kata Alwi.