Agung Wibawanto: Masihkah Ada dan Diakui Masyarakat Indonesia Norma Dalam Etika?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 08 November 2023 07:15 WIB
Sekadar ingin bermain tingkat nasional dan bertanding dengan tim negara lain di ajang dunia, atau memang cinta Indonesia? Bagaimana jika seorang pemain naturalisasi yang sudah dibesarkan timnas indonesia tiba-tiba menyeberang ke timnas Malaysia, misalnya?
Meski itu hak pemain tapi sangat tidak etis dengan cara semaunya seperti itu. Bagi negara lain, menjadi Dwi negara mungkin bisa. Tapi tidak bagi Indonesia. Seseorang harus memilih WNI atau WNA?
Misal Elkan Baggot yang kini sudah terkenal sejak mengenakan seragam merah timnas indonesia. Belum dua tahun mengabdi, Elkan memilih pindah berkaos kuning timnas Malaysia.
Cara yang dilakukan juga hanya memberitahu rencana pindahnya kepada asisten pelatih, tanpa mengurus statusnya yang masih Indonesia. Alih-alih mendukung dan memenangkan timnas Garuda, malah bergabung dengan timnas rival, Malaysia. Bagaimana perasaan fans timnas kita?
Mau menyalahkan Elkan Baggot atau federasi sepakbola Malaysia? Atau jangan-jangan justru menyalahkan timnas yang dianggap sudah bikin masalah hingga Elkan pergi? Timnas mau tegas memecat Elkan akan dianggap salah.
Diam pun salah karena tidak memberi sanksi. Terlebih timnas baper mengatakan Elkan meninggalkan timnas setelah namanya besar, akan lebih disalahkan. Malang betul timnas atau institusi-institusi disalahkan.
Disalahkan publik yang membela orang yang justru telah berbuat yang tidak etis. Belum lama mengaku setia dan tegak lurus serta patuh instruksi, tapi kemudian berpaling menghianati dengan mendukung pihak lawan.
Apa hal seperti ini sudah dianggap bukan sesuatu yang buruk (negatif) lagi oleh orang-orang? Saya yakin, nilai-nilai kebaikan dan keburukan masih dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia. Publik tahu mana yang baik dan buruk.
Yang tidak tahu itu biasanya pendukung. Meski keliru, namun karena menjadi pendukung, maka apapun akan dibela dan tetap dibenarkan untuk dukungannya. Makanya benar kata bijak: jangan menasehati orang jatuh cinta, suporter bola dan pendukung capres-cawapres.