Agung Wibawanto: Masihkah Ada dan Diakui Masyarakat Indonesia Norma Dalam Etika?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 08 November 2023 07:15 WIB
Misal jurnalis bekerja di dua media sekaligus Kompas dan Detik. Kalau tidak ketahuan silakan saja tapi itu menunjukkan tidak profesional dan melanggar etika. Jika perusahaan tahu, sudah pasti akan dipecat.
Di dunia industri media kerap pula terjadi seorang jurnalis yang sudah "dibesarkan" oleh sebuah media, kemudian berpindah ke media rival dengan segala latar belakang masalahnya.
Bisa karena bermasalah di media lamanya, atau juga "dibajak" media lain dengan iming-iming gaji besar dan posisi bergengsi. Ini menjadi hal yang lumrah terjadi dan bisa terjadi di dunia kerja apapun. Satu hal, tetap menjaga etika kerja maupun etika umum.
Baca Juga: PBNU Tentang Konflik Palestina: Bantuan Kemanusiaan Lebih Berguna Daripada Boikot
Etika kerja maksudnya yang berkait dengan aturan di kantor tersebut, dan etika umum adalah kesantunan yang sudah dipahami umum. Jika meninggalkan baik-baik, tentu lebih terhormat dan tidak dicap kacang melupakan kulitnya.
Setiap kita ingin masuk dan bergabung kepada suatu institusi, tentunya kita sudah harus paham dulu apa dan bagaimana institusi tersebut dan apa tujuan kita bergabung? Alasan ini menjadi penting karena banyaknya bajing loncat.
Bajing adalah hewan yang suka meloncat dari satu pohon ke pohon lain. Ia hanya gunakan pohon untuk pijakan meloncat (batu loncatan) dalam waktu cepat.
Banyak orang bergabung ke suatu institusi hanya memanfaatkan saja untuk sekadar mendapat semacam porto folio. Menjadikan institusi sebagai kendaraan yang akan mengantarkan sampai tujuan lalu pergi begitu saja. Ini salah. Jikapun ingin dijadikan kendaraan tapi bukan kendaraan umum melainkan kendaraan bersama yang harus dirawat dijaga.
Baca Juga: Pendapat Berbeda Anggota MKMK Bintan R Saragih, Minta Anwar Usman Dipecat dengan Tidak Hormat
Keliru juga jika institusi dianggap bak terminal yang setiap orang bisa datang dan pergi. Anggaplah sebagai rumah bersama sehingga ada rasa memiliki. Pernah ikut acara out bond atau gathering?
Di sana ditanamkan rasa kompak dan kebersamaan, loyalitas, serta bangga berada dalam keluarga tersebut. Ada lagi contoh yang lebih luas atau besar terkait bangsa. Timnas kita kini banyak diisi pemain naturalisasi (warga keturunan). Apa tujuan mereka mau bergabung?