DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kaesang Pangarep Ibarat Belum Masak Tandan Pisang, Dia Sudah Jadi Ketua Umum PSI

image
Ray Rangkuti.

Oleh Ray Rangkuti*

ORBITINDONESIA.COM - Tidak ada yang paling menggelikan dalam bulan ini di ruang politik kecuali Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memilih Kaesang Pangarep menjadi ketua umum.

Seperti sim salabim. Baru dua hari bergabung langsung didapuk menjadi ketua umum. Tujuannya jelas: meraih suara pada pemilu 2024 yang akan datang.

Saya kurang tahu persis, seperti apa mekanisme internal partai dalam hal menunjuk seseorang untuk dapat menjadi ketua umum.

Baca Juga: Kaesang Pangarep Ketua Umum PSI: Petugas Partai Vs Pemilik Partai

Bila merujuk ke suasana ini, sangat patut kita geli melihatnya.

Bagaimana tidak? Orang yang baru sehari ditetapkan sebagai anggota, tiba-tiba sudah ditetapkan menjadi ketua umum.

Cara ini mengabaikan banyak aspek dalam memilih ketua umum yang mestinya hadir dalam organisasi apapun.

Bahkan untuk organisasi yang paling sederhana sekalipun, ada tata cara, waktu, sarat, dan pelibatan anggota di dalam pemilihan ketua umumnya.

Ini, seperti orang Mandailing menyebutnya: “belum masak tandan pisang, dia sudah jadi ketua umum”.

PSI menjadi seperti perusahaan keluarga. Ketua umum dipergilirkan bukan karena sederet alasan ideal, tapi semata demi meraup suara.

Dan demi kepentingan suara itu, kualitas-kualitas personal diabaikan lalu ditukar dengan kualitas BAPAKISME.

Kaesang adalah anak Presiden, dan PSI hendak meraup suara pemilih yang memilih berdasar popularitas Pak Jokowi.

Jelas, sifat menggantungkan diri pada BAPAKISME ini mengaburkan idiom PSI sebagai partai anak muda atau kaum milenial.

Anak muda yang seharusnya diberi teladan untuk selalu siap mandiri, malah yang terlihat sebaliknya: manggantungkan nasib pada bapakisme.

Dalam situasi seperti ini, saya ragu bahwa PSI akan menarik simpati pemilih Pak Jokowi.

Tapi yang sudah pasti: PSI menukar hal-hal ideal dalam berpolitik untuk semata mengejar suara.

Satu perilaku yang mencerminkan standar etika politik PSI yang biasa-biasa saja. ***

*Ray Rangkuti ialah aktivis dan pengamat politik. 

Berita Terkait