Ekspresi Data Denny JA: Berita Bohong Mulai Menyerang Pilpres 2024, Prabowo Korban Pertama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 20 September 2023 09:38 WIB
Pertanyaannya adalah mengapa berita bohong seperti ini cepat sekali diedarkan? Bahkan juga disebar oleh mereka kalangan terpelajar.
Kita mulai dengan data. Sebuah studi dibuat oleh MIT, Amerika Serikat di tahun 2018, atas ribuan posting di Twitter.
MIT menyimpulkan bahwa berita bohong menyebar lebih cepat dibanding berita yang benar. Bahkan dikatakan, menyebarnya berita bohong enam kali lipat lebih cepat.
Berita bohong pun memiliki probaility (kemungkinan) disebarkan 70 persen lebih banyak ketimbang berita sebenarnya.
Mengapa publik mudah tertipu dan sepertinya lebih berita bohong?
Pertama, berita bohong itu jauh lebih seksi, jauh lebih menyentuh emosi.
Kita menyukai berbagai hal-hal yang sensasional, dan cepat sekali kita terdorong ikut menyebarkannya.
Kedua, berita bohong pun mudah sekali dibuat. Kita tinggal menambahkan saja drama, bumbu, sensasi di sana. Jadilah ia berota yang asyik.
Sedangkan berita yang benar memerlukan riset yang lebih mendalam. Memerlukan detail untuk dicek dan rechek. Berita yang benar memerlukan proses yang lebih lama. Ia selalu kalah cepat.
Ketiga, ini yang berbahaya, pada dasarnya sebagian publik sudah memiliki prasangka dan bias. Mereka sudah memiliki citra dan bias tertentu kepada tokoh tertentu dan isu tertentu.