Ulasan Denny JA: Menuju Jenis Seni Lukis Baru Menggunakan Artificial Intelligence
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 19 Agustus 2023 08:44 WIB
-000-
Sebelum masuk ke jalur revolusioner inovasi di atas, saya sendiri mulai mengembangkan ciri lukisan yang cepat dikenali.
Margaret Keane dikenal dengan Big Eyes. Aneka lukisannya selalu diwarnai oleh karakter manusia yang matanya sangat besar. Acapkali mata ini menggambarkan jiwa yang sedih, kesepian, dan hati yang ditinggalkan.
Fernando Botero melukis dengan karakter tokoh yang gemuknya berlebihan. Selalu hadir figur yang wajah dan badannya menggelembung.
Karakter ini sesuai dengan pilihan titik pandang sang pelukis yang cenderung pada kritik sosial. Ia menampilkan karakter dengan badan yang sangat gemuk. Pesan yang hendak disampaikan: banyak para elit yang memang gaya hidupnya sudah berlebihan.
Saya memilih melahirkan karakter dengan telinga yang jauh lebis besar, tidak proporsional dengan wajahnya.
Ini membawa pesan, saatnya kita lebih mendengar. Telinga yang lebih besar menjadi simbol perlu hadirnya karakter di berbagai segmen masyarakat untuk lebih mendengar.
Telinga yang lebih besar tak hanya perlu untuk pemimpin politik. Tapi ia juga perlu untuk ulama, pendeta dan biksu, ilmuwan, pejuang sosial, bahkan juga rakyat biasa.
Belum ada aplikasi artificial intelligence yang mudah diperintahkan untuk membuat karakter itu, dengan telinga yang lebih besar, sangat tidak proporsional. Maka saya sendiri yang harus mengupayakannya dengan teknik editing dan finishing touch tertentu.
Melukis sungguh menjadi bagian untuk rileks. Di tengah ikut terlibat dalam pertarungan Pilpres 2024 yang semakin heboh melalui serangkaian survei nasional dan konferensi pers setiap bulan, juga mengurus perkumpulan penulis se- Indonesia dari Aceh hingga Papua, dan memajukan berbagai usaha bisnis yang saya tekuni, melukis menjadi pelepasan ketegangan.