DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sepertiga Suara Prabowo Pada Pilpres 2019 Akan Direbut Anies

image
Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto

Di sisi lain berkembang implikasi menajamnya persaingan untuk cawapres. Dalam koalisi Prabowo diharapkan Golkar jadi pihak yang mengajukan cawapres dengan memberi kompensasi.

Keberadaan Golkar dan PAN menekan pengaruh organ-organ jaringan HTI/FPI/Wahabi dalam koalisi dan nantinya juga pengaruh Nasdem, PKS, dan PD dalam putaran kedua.

Dari sisi elektabilitas, koalisi Prabowo berpotensi menarik pemilih koalisi Anies karena selain irisan pemilih yang besar, juga pemilih akan cenderung memilih kandidat dengan potensi menang besar.

Koalisi Prabowo saat ini memiliki elemen Orba yang kental. Hal ini menyebabkan berkembang dimensi baru dalam kontestasi 2024, yaitu Neo Orba dan Non Orba. Neo Orba akan kuat melekat pada koalisi Prabowo, sementara Non Orba akan melekat di koalisi Ganjar Pranowo. Dimensi ini akan berkontribusi pada arah polarisasi pemilih di 2024.

Baca Juga: Hasto Kristiyanto PDIP Kritik Proyek Food Estate sebagai Kejahatan Lingkungan

Sementara itu, perubahan kepengurusan PSI yang diikuti dengan komunikasi dengan relawan Jokowi, mengindikasikan upaya untuk memberi alternatif saluran politik bagi pemilih/pendukung Jokowi yang non partai.

Dampak lain dari konstelasi saat ini adalah potensi kemenangan PDIP dan naiknya suara PPP, juga PSI jika tetap mengusung Ganjar akan semakin besar, karena two ways reinforcing effect antara partai dan kandidat.

Tingginya persepsi publik pada Ganjar sebagai kandidat yang akan meneruskan kebijakan Jokowi mengikuti tingginya dukungan pada Jokowi menjadi faktor utama.

Tiga kantong suara yang berpotensi menjadi penentu:

Pertama, pemilih pemula yang cair, tidak memiliki preferensi partai/ideologi, dan 9 tahun terakhir terbiasa dengan kepemimpinan model Jokowi.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait