Syaefudin Simon: In Memoriam Nirwan Ahmad Arsuka, Nabi yang Membuka Jendela Semesta
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 10 Agustus 2023 02:34 WIB
Nirwan pun kemudian lebih dikenal sebagai budayawan, alih-alih fisikawan nuklir. Nirwan seperti halnya fisikawan cum budayawan Fritjof Capra berusaha mengeksplorasi sains, filsafat, dan sastra hingga bertemu di titik yang sama dalam kosmologi kehidupan. Yaitu: manusia sebagai satu kesatuan antara mikro dan makrokosmos. Jalaludin Rumi menyebutnya, manusia adalah samudra dalam setitik air.
Betul, manusia yang berasal dari setitik nutfah atau air hina (pinjam Rhoma Irama) kemudian menjelma menjadi penguasa jagat raya. Di era artificial intelligence (AI), era manusia sebagai raja di raja di semesta, niscaya terwujud. Pertanyaannya, apakah sang raja di raja kelak akan memelihara bumi atau menghancurkannya?
Inilah yang saat ini menjadi polemik. Tolong, tanyakan kepada Oppenheimer -- bagaimana perasaan hatinya setelah bom atom ciptaannya meledak di Hiroshima dan Nagasaki. Kenapa Oppenheimer tak mau melanjutkan proyek bom hidrogennya?
Tampaknya Oppenheimer takut, manusia akan musnah di muka bumi akibat pengetahuannya. Ia akan menyesal sepanjang hidupnya karena menciptakan senjata pemusnah massal yang mengerikan itu.
Oppenheimer tampaknya ogah menjadi manusia seperti kisah Frankenstein. Ilmuwan yang menciptakan senjata pemusnah massal yang akhirnya memusnahkan manusia sendiri.
Baca Juga: Omnibus Law Kesehatan Resmi Berlaku, Ini Daftar UU yang Dihapus dan Tidak Berlaku Lagi
Kembali ke Nirwan. Beruntung, setelah rajin mengikuti pikiran-pikiran Nirwan yang menembus batas, aku berkenalan secara fisik dengannya di perpustakaan Freedom Institute (FI) milik Rizal Mallarangeng di Jalan Proklamasi, Jakarta Saat itu Nirwan adalah direktur perpus tersebut.
Di era Nirwan inilah FI sangat prestisius. Bukan hanya perpusnya yang ramai, tapi kegiatan diskusinya juga sangat berkualitas. Aku selalu datang di acara-acara diskusi filsafat, sastra, dan budaya di FI.
Di FI, inilah aku berkenalan dengan sosok unik, Ryu Hasan, seorang ahli bedah saraf yang "sarap".