DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Tuntutan Makzulkan Jokowi yang Makin Diabaikan

image
Popularitas Presiden Jokowi di Bengkulu sangat tinggi.

ORBITINDONESIA.COM - Ada video viral memperlihatkan sekelompok orang atas nama Penegak Daulat Rakyat membacakan seruan, "Makzulkan Jokowi". Di latar belakang ada spanduk, tertulis tempat di Gedung MPR RI, 20 Juli 2023.

Di aksi makzulkan Jokowi itu ada seorang kakek, berpeci bulat agak hitam. Jenggotnya putih panjang. Ia bersama kawan-kawannya sekitar belasan orang. Tak ada yang muda, rata-rata sudah tua.

Kakek berjenggot putih itu membacakan tuntuntan dengan mengutip berbagai pasal dan ayat UU. Jokowi melanggar hukum dan wajib dimakzulkan. Di akhir pidatonya, mereka teriak, "Makzulkan Jokowi".

Baca Juga: Berikut Daftar Korban Meninggal Tenggelamnya Kapal Penumpang di Perairan Buton Tengah, Sulawesi Tenggara

Walaupun sudah tua, mereka sepertinya memiliki semangat hidup. Semangatnya terus menyala hanya untuk menurunkan Jokowi dari kursi presiden. Kelompok ini sudah bertahun-tahun teriak dari mimbar ke mimbar sampai turun ke jalanan, hanya ingin Pakde turun dari jabatannya.

Di mata mereka, wong Solo yang suka berkemeja putih itu orang terjahat di dunia. Bahkan, pernah dicap Fir'aun. Kalau bisa tak boleh lagi hidup di dunia. Tidak ada lagi kebaikan Jokowi di mata mereka. Teriak dan terus berteriak, "Turunkan Jokowi. Makzulkan Jokowi. People Power."

Apakah suara mereka didengar? Pasti didengarlah. Cuma, hanya didengar saja. Untuk menurunkan Jokowi secara konstitusi, tak bisa semudah itu. Pasti akan muncul perlawanan.

Pembenci Jokowi pasti ramai. Tapi, pecinta Pakde jauh lebih ramai. Survei Kompas, 83,4 persen orang Indonesia puas pada kinerja Jokowi. Apalagi di parlemen, mayoritas pendukung pemerintah.

Baca Juga: Kapal Tenggelam di Buton Tengah Tidak Terjamin Oleh Jasa Raharja

Wajar apabila netizen suka meledek kelompok ini. "Makin tua makin lucu saja. Bukannya nimang cucu, malah sibuk demo. Udah bau tanah oi..." Banyak lagi ledekan netizen.

Pada akhirnya, teriakan mereka dianggap angin lalu. Orang di parlemen sudah tak sempat memikirkan yang begituan. Mereka lagi sibuk menyelamatkan dirinya, apakah terpilih lagi di Pemilu 2024. Ketum Parpol lagi sibuk memikirkan, siapa mau diusung untuk Capres dan Cawapres.

Pakde yang tiap hari mereka gibah, justru dielu-elukan rakyat Bengkulu. Di mana pun Pakde berada pasti disambut antusias warga.

Inilah bagian dari asyiknya hidup di negara demokrasi. Lho, mau minta Presiden mundur, minta Gubernur diusut tuntas hartanya, minta Kapolri transparan, minta Bupati jangan nepotisme, atau minta pejabat mana pun sesuai selera Anda, boleh.

Baca Juga: Bersaing Jumlah Penonton, Ini Pendapatan Film Barbie dan Oppenheimer Setelah Sepekan Tayang

Tidak ditangkap, sepanjang bukan fitnah. Selama itu kritik, silakan. Mau dikritik lewat surat terbuka, demo, konferensi pers, pasang iklan di medsos, dan sebagainya, silakan.

Suara Anda dijamin bisa disuarakan. Bebas. Karena bebas, Anda pun bisa dikritik balik. Jangan marah.

Anda bisa saja membeberkan dosa-dosa pejabat. Tapi, Anda pun harus siap bila dibeberkan dosa Anda oleh para pendukungnya. Begitulah demokrasi. Berani dikritik, siap juga dikritik. Tinggal rakyatlah yang menilai, mana yang terbaik.

(Oleh: Rosadi Jamani, Satupena Kalbar) ***

Berita Terkait